Powered by Blogger.
RSS

Lingkungan Pecinta Buku



Kita sudah sering mendengar bahwa lingkungan sangat berpengaruh bagi gerak langkah kehidupan seseorang. Dalam konteks pola asuh anak, pendidikan yang ditanamkan di rumah, dapat tercerai berai manakala anak jatuh di lingkungan yang salah. Maka peran lingkungan demikian signifikan dalam pembentukan sikap seseorang.

Tidak terkecuali dalam sikap terhadap buku. Seorang penyuka buka, gemar membaca, bila berada di lingkungan yang acuh tak acuh pada buku, maka berpengaruh pada kualitas bacaannya. Sebaliknya, bukan tidak mungkin, seorang yang tidak menaruh perhatian terhadap buku, akan berbalik cinta buku, ketika berada di lingkungan penggila baca.

Poor me... saya justru berada di lingkungan yang abai buku. Ini terjadi pada masa kuliah. Masa kecil saya dikelilingi buku. Meski kehidupan keluarga amat sangat sederhana secara ekonomi, sehingga buku merupakan barang mewah, tapi saya dan kakak saya aktif menjadi pelanggan setia rental buku. Kami menyisihkan uang jajan, demi bisa menyewa buku. Agar buku yang dibaca bisa lebih banyak namun dana yang dikeluarkan minimalis, kami menyiasatinya dengan saling menukar sesama penyewa. Selain menyewa di rental buku, kebetulan ada beberapa teman orang kaya yang baik hati meminjamkan koleksi bukunya, karena tahu kami pecinta buku dan bisa merawat buku yang dipinjam dengan baik.

Namanya juga anak-anak, yang digemari adalah buku-buku yang seru. Kebanyakan karya Enid Blyton. Seluruh seri Lima Sekawan, saya lahap habis. Wah benar-benar bisa lupa waktu kalau sudah berasyik masyuk dengan George dan sepupu-sepupunya itu. Lalu seri yang lain: Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga, Malory Towers, Si Badung, terus apa lagi yaa..? Oh ya, Si Kembar yang St.Clare... terus.. lupa lagi deh. Selain itu, saya babat juga serial Trio Detektif-nya Alfred Hitchcock dan serial detektif Hardy Boys. Tidak ketinggalan komik-komik Tin Tin, Asterix, Smurf, Lucky Luke, dll. 

Ditambah dengan buku-buku cerita keluaran diknas (dulu Departemen P dan K) yang ada di perpustakaan sekolah. Pengarang yang paling aku ingat adalah: K.Usman.  Wah.. kalau semua buku itu dibeli, bisa-bisa keluarga kami nggak makan bertahun-tahun... haha..

Menginjak masa remaja, saya akrab dengan kumcer Anita Cemerlang. Beberapa penulis favorit yang saya ingat, Nestor Rico Tambunan, Nurul Inayah Aka, Emji Alif, Zara Zettira Zr terus siapa lagi yaa..? Dari majalah Gadis, yang saya ingat ada Leila S.Chudori dan Laily Lanisy. Di bangku SMA, perpustakaan sekolah saya mengoleksi novel-novel Marga T dan Mira W. Semua yang ada di perpustakaan, tak ada yang terlewat dari mata saya. Begitu juga novel-novel Agatha Christie dan Sidney Sheldon. Dan seperti kebanyakan remaja kala itu, saya ngefans juga pada Serial Lupus-nya Hilman Hariwijaya.

Oh ya, sejak kecil saya juga akrab dengan karya-karya sastra lama. Bangsanya Siti Nurbaya, Harimau-Harimau, Robohnya Surau Kami, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan banyak lagi, saya nikmati semua. Dan bukan hanya saya, tapi Ibu beserta kakak-kakak saya pun sama menikmati. Sehingga keluarga kami yang Sunda, sangat akrab dengan istilah ninik-mamak, beradat berlembaga-adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Ya, karena karya-karya sastra lama memang didominasi oleh pujangga ranah Minang.

Menginjak bangku kuliah, teman-teman saya, lebih menaruh perhatian pada fashion dan musik. Maka rantai lingkaran buku saya pun seolah terlepas. Saya pun beralih lebih memperhatikan musik, meski sejak SMA pun sudah mulai menyukai musik, namun ketika masa kuliah, lebih-lebih lagi.

Bukan berarti saya benar-benar tidak lagi membaca buku, hanya antusiasme saya dalam berburu buku semakin berkurang. Dan ini terus berlanjut hingga masa saya menjadi emak. Dengan kesibukan mengurus si kecil dan suami, saya nyaris tidak lagi up date pada kabar tentang buku-buku. Ditambah kesibukan dalam pekerjaan, semakin menjauhkan saya dari buku.

Kini, setelah berbilang tahun, melewati lebih dari satu dasa warsa, saya mulai bersentuhan dengan dunia maya. Melalui facebook, saya berkenalan dengan teman-teman penulis. Ini seakan membangkitkan memori lama yang tersimpan di alam bawah sadar, bahwa saya adalah pecinta buku. Saya pun bergabung dengan Komunitas Penulis. Di dalamnya mengupas, mengulas, mambahas buku. Saya pun merekatkan kembali serpihan cinta saya pada buku, dan serasa menemukan cinta lama yang pernah terkubur.

Kadang saya merasa begitu banyak ketinggalan dibanding teman-teman. Tentu saja, saya mengalami masa blank buku demikian panjang.  Saya terlewat amat sangat banyak.  Seringkali terasa nelangsa, ketika teman-teman membincang buku tertentu, dan saya hanya bisa menyimak, lalu diam-diam melipir mencari tahu lewat Mbah Gugel.

Maka, benarlah adanya, lingkungan sangat berpengaruh. Saya telah membuktikannya. Sekarang, rak buku adalah harta berharga saya. Saya mulai mengisinya perlahan. Tidak ada kata terlambat, bukan? 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

6 comments:

Binta Almamba said...

wiih sudah banyak tuh.. duh pengen punya rak seperti itu.. punya saya salah beli.. lemari buat majang barang pecah belah hehe.. jd ya banyak ruang yang tersisa ga maksimal bwt nyimpan buku.

Hairi Yanti said...

Mbaaa... Bukunya banyak beneeeer.... ynt belum punya rak buku khusus. Jadi deh bukunya ditaruh di mana bisa ditaruh. Ihiks.
Alhamdulillah sekarang punya suami yang mendukung penuh kesenangan ynt membaca. Kalau dulu suka diomelin ortu juga beli buku mulu :D

Linda Satibi said...

oh iya, mbak binta.. aku masih inget lemari kacanya, pernah diposting di BAW kan? Ini jg aku maksain banget beli rak buku.. :)

Linda Satibi said...

Itu bukuku digabung sama buku anakku.. hehe.. jadi kelihatan banyak, Abisnya daripada brantakan di mana2, ya udah digabung aja.. :)

cerita said...

Wah, bukunya banyak, Saya lemari ada 3 Mbak. Masing-masing, khusus buku-buku saya, suami, dan Nai. Jadi nggak campur-campur. Ada lagi rak buku gede buat buku-buku jadul yang dulu dikardusin, ada majalah-majalah, tabloid, koran, dll. Walaupun udah punya rak buku gitu, buku masih saja ditemukan berantakan di setiap sudut rumah, kec kamar mandi hehehe... kebiasaan kami nenteng buku kemana2 :)

Linda Satibi said...

Wah hebat ada 3 rak buku.. saya cuma satu ini. Karena pernah pindah rumah dengan packing yang nggak rapi, akhirnya banyak buku yang tercecer. Belum lagi para peminjam yg tega nggak ngembaliin, sementara saya pun lupa.. huhuu..

Post a Comment