Powered by Blogger.
RSS

Stop Generasi Malin Kundang




Kisah legendaris ‘Malin Kundang’ sangat kuat menampilkan sosok anak durhaka. Meski terdapat pro dan kontra atas cerita ini, terkait kutukan yang ditimpakan oleh ibunya yang dinilai kejam, namun sepertinya semua sepakat bahwa Malin Kundang adalah stereotype anak durhaka.

Anak durhaka, menguarkan image sebagai pendosa tak terampunkan. Baginya, hukuman berat harus dijatuhkan. Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada anak durhaka? Buku ‘Aku Pernah Durhaka’ mengulasnya dengan menarik.

Buku ini terbagi atas delapan bagian. Bagian satu dan dua, berisi penuturan kedua penulis buku ini tentang pengalaman masa lalunya. Sinyo dan Alby membagi masa lalunya yang kelam saat keduanya terkungkung dalam rasa benci kepada orangtuanya. Alby yang bertutur pada bagian satu, mengungkap sejarah dirinya, bagaimana rasa benci bermula lalu terus bersemayam, kemudian tubuhnya berontak dengan jatuh sakit berkepanjangan. Alur kehidupan Alby yang getir dengan segala dinamikanya, memberi pencerahan kepada pembaca tentang pergulatan batin seorang anak yang mendurhaka. Hingga kemudian rasa bencinya terkikis sedikit demi sedikit dan menumbuhkan semangat baru.

Sementara Sinyo yang berkisah di bagian dua, mengalami beberapa keanehan di masa kecil. Namun karena takut dianggap membual, Sinyo memilih diam dan menutup diri. Rasa benci kepada orangtua terus bertumbuh dalam dirinya dan bertahan hingga usia dewasa. Hingga akhirnya Sinyo berkonsultasi dengan psikolog guna mengurai masalah yang membelitnya. Lambat laun kesadaran pun muncul dan Sinyo menjalani hari dengan penuh cinta.

Bagian tiga, mengupas tentang durhaka dan penyebabnya. Bagaimana definisi durhaka menurut Islam dilengkapi dengan referensi Al-Quran dan hadits. Kemudian dipaparkan juga penyebab durhaka, dari sisi orangtua, lingkungan yang buruk, dan dari internal anak itu sendiri.

Bagian empat, lima, dan enam, membahas tentang bekal yang harus disiapkan untuk menjadi orangtua ideal. Pembahasan tersebut diawali dari jenjang pranikah, pernikahan, dan saat mendidik anak.  Lalu bab terakhir, bab tujuh, mengupas bagaimana menjadi anak ideal.

Buku ini recommended bagi para orangtua sebagai salah satu referensi dalam mendidik anak. Berbekal panduan ilmu mendidik anak yang sesuai dengan syariat Islam, diharapkan akan muncul generasi baru, sebuah generasi emas yang berkualitas. Dan proses menuju lahirnya generasi tersebut, membutuhkan kesabaran. Karena tidak ada hasil mendadak dalam mendidik anak.

Bagi mereka yang kini merasa kewalahan dengan perangai buruk putra-putrinya, jangan berkecil hati, pengalaman Sinyo dan Alby membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil untuk sebuah perubahan. Protes, penolakan, pembangkangan yang dilakukan, ternyata tidak mengabadi. Akan tiba masanya situasi menjadi baik. Para orangtua hendaknya bersabar dan senantiasa melangitkan doa demi kebaikan putra-putrinya, bagaimana pun kondisi mereka.

Demikian pun bagi anak yang merasa seperti Sinyo dan Alby di masa lalu, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Hidayah yang datang dari Allah, hendaknya segera ditangkap erat, jangan sampai terlepas lagi. Perlahan tapi pasti, kebencian yang meraja akan terkikis, seiring dengan kesadaran akan makna cinta dalam keluarga.  

Maka, hubungan baik dan komunikasi yang sehat antara anak dan orangtua merupakan kunci penting dalam sebuah keluarga. Senantiasa menggali ilmu demi memperkaya pengetahuan tentang pendidikan anak adalah hal yang mutlak harus dilakukan orangtua. Jangan ketinggalan, diiringi dengan kesabaran, serta kesungguhan berdoa kepada Allah. Bila itu semua dilakukan, Insya Allah, tidak akan ada lagi generasi Malin Kundang.

Judul buku      : Aku Pernah Durhaka
Penulis            : Sinyo dan Alby S.
Penerbit          : Qibla (imprint BIP – Kelompok Gramedia)
Cetakan          : Pertama, September 2013
Tebal              : x + 218 halaman
ISBN               : 978-602-8864-93-0

#Resensi ini dimuat pada tanggal 17 Februari 2014 di nabawia.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 comments:

Sara Amijaya said...

ih, aku ketar-ketir loh mba khawatir gak bisa jadi orang tua yang baik. anak-anak mulai gede khawatiiir banget kalu aku gakbecus mendidik:(

Linda Satibi said...

kayaknya anak-anakmu manis-manis deh, Sar.. pada hafal Al-Quran pula.. Subhanallah..

Post a Comment