Powered by Blogger.
RSS

A Street Dream : The Evergreen Architecture


Judul : A Street Dream: The Evergreen Architecture
Penulis : Angel G.
Penerbit: CV. Evergreen Creative House (2013)
ISBN: 978-602-14-2330-1
Tebal: 510 halaman
Terbit: September 2013
 

Cerita anak-anak muda yang mempertaruhkan sebuah keyakinan, mengejar mimpi, dan mencari arti kejujuran yang akhirnya malah mereka temukan di jalan jalan pinggiran kota. Mulai dari kisah imigran gelap yang menjadi pembalap kriminal di pinggir pelabuhan, corat-coret pemberontakan dalam graffiti ilegal di dinding lorong lorong kota, cinta seorang stripper, hingga penari dan rapper-rapper jalanan yang mengejar mimpi di bawah garis kemiskinan. Mulai dari nyaris terbunuh berandal-berandal kota yang berjuang bertahan hidup, anak kecil buruh perkebunan yang mengajarkan makna terbang tanpa sayap, hingga cerita kakek tua yang menjadi penyanyi jalanan di atas kursi roda.

Semua akhirnya menguak filosofi indah di balik kisah lenyapnya Billy serta mimpinya dan Sean yang tak pernah berubah: mimpi untuk mengubah dunia... dengan murninya sebuah kejujuran hati.


Pertama kali melihat novel ini, saya langsung terpukau pada covernya. Keren banget! Terlihat seperti bukan novel lokal. Cover bagian depan dan belakang, sama kerennya. Meski blurb-nya terlalu penuh dan berdesakan. 

Halaman pertama, sudah terasa kalau setting novel ini bukan di Indonesia. Selipan dialog berbahasa Inggris (bukan bahasa Inggris baku) bertaburan. Terus berlanjut ke halaman-halaman berikut, agak bingung juga tentang setting ini. Yang jelas sih di Amerika, walau entah Amerika bagian mana, kadang Oregon, kadang California. Tapi deskripsinya sih cakep, kampusnya, rumah-rumahnya, gedung-gedungnya, kota-kotanya, dan jalanan untuk balapannya juga.

Saya nggak bisa menepis kagum pada penulis novel ini. Pinter banget deh. Tokohnya banyak dengan karakter yang unik.  Ada Sean Walker, sang Richie Rich yang menyimpan mimpi untuk mengubah dunia dengan kejujuran. Ia mengubur masa lalu gelapnya di balapan liar hutan evergreen bersama kisah misterius lenyapnya Billy. Kehidupan barunya sebagai pembalap nasional sekaligus mahasiswa biasa di departemen arsitektur, mempertemukannya dengan sahabat-sahabat yang tak biasa.

Sahabat-sahabat Sean itu adalah Nathan Evan, mahasiswa miskin nyaris dropped out yang berjuang menjadi DJ berbekal sepasang turntable tua, di tengah trauma kematian adiknya yang tertembak dengan kepala pecah dalam perkelahian gangster di club kota.  Lalu ada Rachel Scott, mahasiswi arsitektur teladan yang ambisius juga perfeksionis, dan tak pernah percaya pada mimpi. Hingga George Thomas, mahasiswa Departemen Musik yang membawa handgun kemana pun, rapper mantan penghisap ganja yang lahir dari kerasnya kehidupan kumuh ghetto penuh kriminalitas.


Masih ada tokoh tambahan lainnya. Maria Fernandez, yang jago nge-dance tapi  karena masalah finansial nyaris membuatnya menjadi stripper. Tapi ia menolak berhutang uang dan budi pada Sean. Ada juga Dean, penari jalanan dan anggota geng jalanan, yang mati-matian melindungi seorang gadis yang tak dikenalnya saat terjadi perang gangster.

Seperti yang tertulis di blurb, kisah novel ini kalau diperas dalam kalimat pendek, yaitu kisah tentang orang-orang muda yang mengejar mimpi. Dengan alur maju, bukan berarti jalinan kisahnya sederhana. Beraneka masalah yang timbul pada tokoh-tokohnya saling bertaut cukup rumit. Adanya kejutan-kejutan dalam rentang kisah ini, terutama pas ending, membuat membacanya menjadi sangat mengasyikkan.

Kisah ini tentang bagaimana mewujudkan mimpi dengan kemerdekaan pikiran. Mereka menemukan apa sesungguhnya yang diinginkan dan dicita-citakan, seraya memahami kegetiran hidup yang dialami. 

Novel ini recommended, selain karena cerita dan unsur pembangunnya, juga karena nilai inspiratifnya. Selalu ada kesempatan untuk bangkit setelah rupa-rupa masalah membelit. Dan yang menarik adalah bagaimana Sean menyulut semangat sahabat-sahabatnya hingga mampu menembus dinding mimpi.

Sayangnya, novel ini tidak bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Karena muatan bahasa Inggrisnya yang begitu banyak, dan tidak sedikit unsur slang-nya. Dan untuk yang matanya lekas lelah seperti saya, huruf-huruf dalam novel ini terlalu kecil dan rapat. Tapi mungkin kalau dibuat TNR 12 dengan spasi bersahabat, konsekuensinya akan berpengaruh pada ketebalan. Bisa-bisa nanti sebesar dan setebal bukunya Dan Brown. Anyway, bintang 4 untuk novel ini.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 comments:

Angel G. said...

Haiii.... just read this review, and thank you so much... would you please leave your review on my Goodreads? Thank you so much :)

Warm Regards,
Angel.G

Linda Satibi said...

Ok, done.. :)

Post a Comment