Powered by Blogger.
RSS

Memaknai Ikhlas Di Tengah Derita




Sepanjang rentang perjalanan manusia, akan tiba masa ketika ujian atau masalah datang silih berganti. Allah menimpakan masalah tersebut bukan untuk diratapi, tapi untuk menjadikan seseorang itu kuat dan bertambah kualitas keimanannya. Seperti yang termaktub dalam firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 155: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dalam novel Lukisan Hati, Ade Anita membentangkan makna ikhlas yang tergambar dari perjalanan hidup Solasfiana dan keluarganya. Solasfiana bertubi-tubi ditimpa kemalangan. Bersama keluarganya, ia diusir dari kampung, karena difitnah sebagai pelaku santet. Mereka kemudian harus rela tinggal di kandang kambing di kampung yang jauh dari kampung halamannya. Kandang kambing itu diberikan oleh Bapak dan Ibu Zairi yang berjasa menolong keluarga Solasfiana.
Sebagai anak sulung, Solasfiana berjuang keras demi keluarga karena ibunya cacat dan ayahnya telah lama meninggal. Kerap Solasfiana mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. Ibunya, Mak Pinah, berusaha menenangkan karena mengerti bahwa mimpi buruk tersebut akibat beban hidup yang ditanggungnya. Dimintanya Solasfiana untuk ikhlas (halaman 12).
Selain ibunya, seorang ustadz tunanetra - sesama pengajar di TPA- juga sering diminta nasehat oleh Solasfiana. Nasehat-nasehat itu menyejukkan hatinya (halaman 25). Ada juga sahabat pena yang tinggal di Jakarta, bernama Aulia Rahman. Keduanya belum pernah bertemu. Tapi Solasfiana sudah menganggap Aulia seperti kakaknya sendiri, sehingga ia nyaman curhat kepadanya. Aulia ini kemudian banyak membantu keluarga Solasfiana dengan mengirimkan baju-baju layak pakai, buku-buku, dan juga finansial.
Kepedihan Solasfiana yang lain adalah hilangnya kekasih hati. Terdengar kabar bahwa Sofyan, kawan SMA yang dulu sempat memenuhi ruang hatinya, akan menikah dengan gadis pilihan orangtuanya. Hati Solasfiana remuk redam, apalagi ketika ia mengetahui bahwa Sofyan pun sesungguhnya dulu menaruh hati kepadanya.
Seiring waktu, ada perkembangan lain dari adiknya. Solasfiana merasa tertekan oleh permintaan Marsyapati, adiknya yang ingin segera menikah. Adiknya mohon izin untuk mendahuluinya menikah. Solasfiana bersikeras menolak. Hatinya lelah. Begitu banyak pengorbanan yang dilakukannya, demi adik-adiknya. Ia meminta Marsyapati untuk menunggu.
Kisah dalam novel ini terinspirasi dari kisah nyata. Tergambar betapa berat penderitaan yang dialami Solasfiana dan keluarganya, yang ditimpa aneka ujian berat. Terutama Solasfiana, sebagai anak sulung yang kemudian memperlihatkan tanggung jawabnya yang besar pada keluarga.
Solasfiana senantiasa mengedepankan ikhlas. Ia melihat contoh nyata, dari Ustadz Ikhsan yang kehilangan penglihatan sejak kecil. Sang ustadz senantiasa menjalani hidup dengan tenang dan bahagia. Beliau senantiasa memaknai ujiannya dengan memunculkan hikmah kebaikan yang didapat dari kesulitan yang dialaminya.
Jika pada awalnya Solasfiana disesaki oleh pertanyaan: Mengapa Allah terus menerus menimpakan cobaan berat? Mengapa Allah memberikan kesusahan sementara ada orang lain yang menerima kesenangan terus menerus? Maka kemudian Ustadz Ikhsan memberikan jawaban yang melegakan dan membuat Solasfiana tersadar.
Selain Solasfiana, keluarga Bapak dan Ibu Zairi pun menghadapi cobaan berat dengan kecelakaan maut yang dialami putranya. Kecelakaan tersebut merenggut nyawa cucu dan menantu Bapak-Ibu Zairi. Bagaimana kemudian Solasfiana berperan dalam membantu keluarga itu, menjadi salah satu bagian yang menarik dari novel ini.
Rentetan peristiwa yang bergerak sepanjang cerita, menunjukkan muatan hikmah pembelajaran hidup. Namun keseluruhan kisah dituturkan dengan gaya bahasa yang mengalir dan menyenangkan. Diselingi beberapa dialek khas Palembang, yang menguatkan setting cerita ini. Kekhasan Palembang juga hadir dalam selipan kuliner yang menambah wawasan pembaca.
Di samping kelebihan novel ini, ada pula sisi-sisi yang terasa kurang pas, semisal: pembatalan pernikahan Sofyan yang terlalu tiba-tiba, ada satu sikap Solasfiana terhadap Ustadz Ikhsan yang terasa aneh, kebiasaan bepergian laki-laki dan perempuan, dan beberapa sikap Sofyan terhadap Solasfiana. Namun dari hal-hal yang kurang menyamankan tersebut, ternyata beberapa merupakan kebiasaan yang lumrah di Palembang. Memang Lain Ladang Lain Belalang.. J
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, novel ini boleh dibilang sebagai novel inspiratif. Kisahnya tidak hanya berpusat pada Solasfiana. Beberapa tokoh lainnya turut memberi inspirasi kepada pembaca. Pergulatan konflik di dalamnya terjalin kuat, dan terdapat kejutan yang tak terduga.
 Novel ini layak direkomendasikan karena nilai inspiratifnya. Satu hal paling mendasar yang bisa ditarik adalah, bahwa menghadapi berbagai kehilangan dalam hidup, serta beban yang memberati, ikhlas adalah kunci pembuka ketenangan dan kedamaian jiwa.
Judul                          :  Lukisan Hati
Penulis                        :  Ade Anita
Penerbit                      :  PT Elex Media Komputindo
Tebal Buku                :  viii + 389 halaman
Cetakan                      : Mei 2014
ISBN                           :  978-602-02-3653-7

#Resensi ini dimuat di media online qawwam.com pada tanggal 15 Juli 2014

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment