Powered by Blogger.
RSS

Kisah Sebelas Mimpi




Judul : Pasukan Matahari
Penulis : Gol A Gong
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit : Pertama, September 2014
Jumlah Halaman : 368 halaman
ISBN : 978-602-1614-43-3
Harga : 69.000,-
 

Ini review edisi suka-suka, yang edisi serius sekarang lagi ngantri di media cetak. Semoga dimuaatt.. Aamiin..

Novel ini masuk kategori novel inspiratif. Based on true story. Kisah perjalanan hidup Gol A Gong sebagai seorang penyandang disabel, yang diwakili oleh tokoh Doni. Kisahnya ini bukan saja menggugah, tapi memiliki daya menggerakkan. Dan tidak hanya bagi para penyandang disabel itu sendiri, tapi juga bagi para orangtua yang berputra seorang penyandang disabel.

Ini blurbnya:
Menjadi anak kampung dengan segala keterbatasan tak membuat delapan anak yang tergabung dalam geng Pasukan Semut menjadi rendah diri, juga tak punya mimpi. Kondisi dan lingkungan telah menempa mereka untuk tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki mimpi menggapai langit.

Begitu juga empat anak yang tergabung dalam geng Empat Matahari. Meskipun tubuh keempat anak itu tak sempurna, namun mereka pun puya cita-cita menggapai langit. Meskipun mereka juga anak kampung dan juga fisik mereka cacat, tapi mereka yakin suatu saat nanti mimpi akan menjadi nyata.

Dan, anak Gunung Krakatau di Selat Sunda inilah yang berpuluh tahun kemudian menjadi saksi. Saksi bagi Pasukan Semut dan Empat Matahari bersama mimpi-mimpi mereka yang melangit.

Sinopsisnya kira-kira begini..
Doni kalang kabut karena permohonan cuti yang diajukannya sebulan lalu ditolak. Padahal cuti itu akan diisi dengan acara reuni yang dirancang 29 tahun lalu. Yup! Waktu itu Doni and the ganks masih berusia 11 tahun. Mereka berjanji di umur 40 tahun akan bertemu dan bersama-sama mendaki anak Gunung Krakatau.

Alih-alih dikabulkan cutinya, Doni malah disuruh meliput. Doni meradang. Tapi protesnya tetap tak digubris, dan atasannya justru mengisyaratkan bahwa bos mungkin akan melakukan pemecatan. Doni tak peduli, the show must go on.

Sebelum berangkat menuju Krakatau, Doni ingin membawa keluarganya pulang kampung. Tiga belas tahun ia tidak pulang ke Menes, kampungnya. Sebuah kampung kecil di wilayah Banten. Dalam perjalanan pulang, banyak hal terjadi. Sebuah pengalaman yang riang, sedih, haru, dan lucu.

Sesampainya di rumah, alur bergerak mundur. Terbentuknya Pasukan Semut dan Empat Matahari diceritakan Doni kepada kedua buah hati beserta anak-anak lain tetangga sekitar. Doni yang terlahir sempurna, terpaksa harus diamputasi tangannya hingga sikut pada usia sebelas tahun. Tangannya mengalami infeksi parah karena jatuh dari pohon seri saat bermain dengan Pasukan Semut.

Doni diamputasi tangannya sebatas sikut dan dirawat di RSUD Serang. Di sana ia bertemu dengan tiga pasien anak yang keren yang tabah dan penuh semangat, meski kehilangan kaki atau tangannya. Pertemanan yang seru, kocak, dan juga menyentuh. Bersama teman-temannya itu, Doni berhasil menemukan otak pelaku pencurian hp dan barang-barang lainnya di rumah sakit.

Saat kembali dari rumah sakit, Doni menjalani hari-harinya dengan kadar penerimaan yang tinggi. Perlakuan diskrimatif, tatapan aneh, ucapan melecehkan, kerap diterima, namun Doni bisa berlapang dada. Dukungan dari teman-teman dan sikap legowo orangtua, berpengaruh sangat signifikan.

Kepulangan ke Menes, memunculkan ide untuk mengajukan pensiun dini dari media cetak tempat Doni bekerja. Doni dan istrinya bersepakat untuk berkhidmat di kampung tersebut, mencoba buka usaha sendiri serta membina anak-anak kampung melalui taman bacaan yang ada di rumah orangtua Doni.

Pertemuan Doni dengan teman-teman lamanya, memantik api cemburu istrinya yang selama ini tersimpan dalam sekam. Sejak dulu, Doni dikabarkan ‘dekat’ dengan salah satu personel Pasukan Semut, bernama Nani. Doni gusar karena baginya itu hanya cinta monyet ala anak SD pada masa itu.

Bagaimana selanjutnya masalah Nani, apakah tetap menjadi duri dalam daging, lalu apa saja yang terjadi menuju terwujudnya reuni, sila dibaca sendiri, ya. Nggak perlu saya ungkap semua di sinopsis ini. Kalau spoiler, kan jadinya nggak seru.. :)

Review:
Novel ini bergerak maju mundur. Ketika di tengah, saat kilas balik ke masa kecil Doni, PoV berubah dari PoV 1 menjadi PoV tiga. Rasanya aneh juga sih, setelah sebelumnya terbiasa Doni sebagai aku, tiba-tiba Doni menjadi orang lain sebagai dia.

Deskripsi setting dan karakter sepertinya memang sudah menjadi keahlian penulis satu ini. Keren banget deh pokoknya. Dialog dan narasi ‘berbicara’ dalam olah setting dan karakter.

Tokoh utama nggak digambarkan sempurna. Istri Doni, disamping kelemahlembutannya, tampak kenyinyirannya bermedsos dengan selalu up date status dan upload foto. Dan ternyata, kadang ada juga keuntungannya dari aktif nyetatus itu. Catet ya, kadang-kadang. Jadi bukan ‘selalu’. Tetep aja, terlalu rajin nyetatus kayak gitu, rasanya nyebelin juga melihatnya, eh membacanya.

Sebagai novel inspiratif, kisah Doni ini patut diacungi jempol. Ada beberapa hikmah yang tersirat, yang saya akan sebutkan lima saja.

Pertama, jelas ini menginspirasi banget bagi para penyandang disabel. Bagaimana keuletan dan kesungguhan Doni untuk bisa berada di tengah orang-orang normal, sungguh mengagumkan dan menggugah, juga menyentuh. Hingga lantas Doni mahir main kelereng dengan satu tangan, jago main badminton dan meraih berbagai predikat juara, sampai setelah dewasa, mampu juga mengendarai motor dan menyetir mobil. Semua ditekuni melalui proses panjang, bukan sim salabim.

Kedua, bisa menjadi rujukan bagi para orangtua yang memiliki anak disabel. Bagaimana perlakuan orangtua Doni dalam membersamai putranya, benar-benar layak diacungi jempol. Dukungan positif orangtua dengan memberikan kepercayaan dan menumbuhkan kemandirian, sangat berperan membentuk kepribadian Doni pasca amputasi.

Ketiga,  mimpi adalah milik siapa saja, termasuk anak-anak dengan kekurangan fisik. Meski hanya memiliki satu tangan atau satu kaki, Pasukan Empat Matahari berhasil membuktikan bahwa kesungguhan tekad serta keyakinan doa, mengantarkan mereka pada terwujudnya mimpi.  Tidak ada alasan untuk ragu memancang mimpi. Termasuk anak kampung dengan keterbatasan akses pada kemajuan teknologi.

Keempat, bahu membahu dan saling mendukung antar teman, membuat suasana kondusif pada usaha mengejar mimpi. Dengan kondisi berlengan satu, Doni mendapat kekuatan dorongan moril untuk berani berkompetisi hingga mampu berprestasi. Persahabatan dalam suasana kekeluargaan yang kental di dalam Pasukan Semut dan Empat Matahari, sungguh sebuah kebersamaan yang indah.

Kelima, cinta buku dan gemar membaca merupakan modal utama untuk mengembangkan potensi diri. Melalui buku, wawasan dan pengetahuan akan lebih terbuka. Para pecinta buku dan penggila baca berada beberapa langkah lebih maju dibanding dengan bukan pecinta buku. Orangtua Doni yang menyediakan semacam rumah baca di rumahnya, membuat Doni akrab dengan buku dan berhasil menyebarkan virus membaca kepada teman-temannya.

Lalu apa ya, kekurangan novel ini? Ini seleratif kayaknya. Buat saya, novel ini asyik, mudah dicerna, dengan hikmah berlimpah. Kalaupun ini bisa disebut kekurangan, saya merasa konflik di dalam Pasukan Semut kurang menggigit. Mereka berdelapan tampak baik-baik saja. Sepertinya akan lebih seru kalau ada semacam friksi di antara mereka, lalu mereka berproses untuk berdamai.

Anyway, novel ini layak masuk daftar belanja para penyuka buku. Selain menghibur, novel ini sarat nilai.

Selamat membaca!

*maaf yaa, nggak ada kutipan kalimat dari novel. Soalnya nulis review ini tanpa buka novel (sstt.. novelnya lagi ada yang minjem)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

14 comments:

Fardelyn Hacky said...

Tokoh Doni sangat Gola Gong sekali ya mbak. Jika penulis punya banyak kisah hidup, itu adalah anugerah buatnya karena dia punya banyak bahan untuk dituliskan.

Menukil Aksara said...

Akhirnya dapat sedikit bocoran. Saya waktu itu sempat ngincar tapi antri ma buku lain hihi... ceritanya memang inspiratif, bisa dibaca remaja maupun dewasa ya :)

momtraveler said...

Catet! Langsung masuk daftar belanjaan minggu ini :)

Tatit said...

Wah masuk daftar blanja nih.

Leyla Hana said...

Aku antri pinjem doong.... :D

Riawani Elyta said...

iya, ini novel inspiratif yang sarat nilai :)

Dol A Dol said...

Gue udah baca. Seneng-seneng ajah! Sambil ngedoa, moga makin banyak novel-novel seperti ini diterbitkan. Bukan cuman sekedar novel yg ngejual romantisme picisan. Udah muak gue... hehe.Gue butuh novel yg dekat dg realitas kehidupan dan bisa memotipasi gue

Linda Satibi said...

Ecky, iya Doni tuh representasi Gola Gong, tapi agak dibeda-bedain.. misal: Doni anak tunggal sementara Gola Gong bukan.

Linda Satibi said...

Mbak Melani, iya ini novel keluarga. Aman dibaca oleh anak-anak juga. Inspiratif banget.

Linda Satibi said...

Momtraveller ini Muna kan ya? ayoo bungkuuss novel ini.. :)

Linda Satibi said...

Mbak Tatit, nggak bakal nyesel lho, beli novel ini.. :)

Linda Satibi said...

Mbak Ela.. haha.. selamat mengantri..

Linda Satibi said...

Mbakk Lyta, punya juga kan, novel ini?

Linda Satibi said...

Dol A Dol.. setujuh sedelapan sama pendapat kamu.. :)

Post a Comment