Powered by Blogger.
RSS

Ketika Hidup Keo Terasa Jungkir Balik




Judul                           :  Go, Keo! No, Noaki! 1 : Dobel Kacau
Penulis                         :  Ary Nilandari
Penerbit                       :  Kiddo (Gramedia Grup)
Tebal Buku                  :  xii + 140 halaman
Cetakan                       : Pertama, Maret 2015
ISBN                           :  978-91-0831-9

Dulu jaman aku kecil, suka banget sama serial Lima Sekawan. Petualangan keempat anak yang beranjak remaja serta seekor anjing yang pintar, selalu menimbulkan sensasi yang seru. Berasa ikut dalam petualangannya, merasakan seru dan tegangnya.

Nah, sekarang setelah aku jadi emak, aku nemu lagi nih, novel serial anak yang seru dan asyik. Malah lebih keren. Konflik yang dibangun, adalah konflik keseharian yang sangat dekat dengan dunia anak. Berasa nyata dan lebih membumi.

Tokoh sentralnya bernama Keo. Dia anak orang kaya. Ibunya single mom yang sibuk, sering tidak ada di rumah. Keo acap merasa sedih karena jarang bisa berdekat-dekat dengan ibunya. Tapi Keo tahu, ibunya sayang banget dan sangat memerhatikannya. Tapi yah, namanya juga anak ya, tetep aja kepingin bisa sering ketemu dan bermanja-manja sama ibunya.

Cerita diawali dengan kepindahan Keo dari Jakarta ke Bandung. Di halaman awal, ada catatan diary Keo. Pake mind mapping, keren binggo! Di situ dijelasin kenapa Keo pindah, dan ada semacam perjanjian antara Keo sama Mami, untuk ujicoba selama satu bulan aja. Kalau betah di Bandung, berarti lanjut tinggal di Bandung. Sebaliknya, kalau Bandung ternyata nggak asyik, Keo balik lagi aja ke Jakarta.

Konflik udah mulai mencuat di awal. Bik Sarti, pembantu Keo, mendapati anak perempuan yang mirip banget wajahnya dengan Keo. Bener-bener mirip kembar! Keo bergegas menyelidiki lalu menemui anak itu.

Anak perempuan yang seperti kembaran Keo itu sedang main bersama teman-temannya di dekat danau yang berada di lingkungan sekolah SD Generasi Merdeka. Keo menghampiri, mengajak berkenalan. Ternyata nggak semudah yang dibayangkan. Noaki, cewek yang kayak kembaran Keo, merasa tersinggung dengan ucapan Keo. Ia meradang. “Ayo, kita pergi! Buat apa meladeni si sombong ini! Biar dia cari sekolah lain saja.” (halaman 9)

Temannya yang lain ikut panas. “Dengar, ya!” kata anak itu tegas. “Ini sekolah terbaik sedunia. Mestinya semua anak mendapatkan sekolah seperti ini. Tapi datang-datang kamu bilang, mau lihat-lihat dulu. Bisa-bisanya kamu menganggap sekolah ini enggak cocok buat kamu!” (halaman 9)


Berlanjut ke konflik berikut, adu tantangan. Karena Keo nggak mau minta maaf sama Noaki, begitu pun sebaliknya. Jadi siapa yang kalah, dia harus minta maaf sama yang menang. Tantangan yang pertama, adu sepatu bau. Disambung lagi, adu main game. Seru banget! Dan, akhirnya Keo jadi berteman dengan ketujuh anak itu.

Hari pertama sekolah, Keo dapet masalah lagi. Nggak terlalu berat sih, cuma anak perempuan yang merasa dirinya lah satu-satunya yang berhak dipanggil ‘Keo’. Sebenarnya itu singkatan inisial namanya. Dan ia tidak suka dipanggil dengan nama depannya, Kinanti.

Selanjutnya hari-hari dari masa ujicoba satu bulan, dimulai. Pertemanan Keo dengan Noaki and the gank,  semakin rapat. Tapi ada satu anak yang misterius dari ketujuh anak tersebut. Ia kerap mengirimi sms untuk membantu Keo memecahkan masalah, atau komen-komen yang berhubungan dengan masalah yang sedang terjadi. Keo ingin mengungkap siapa si misterius itu.

Sementara itu, satu demi satu masalah mencuat. Noaki marah, Ajeng menangis dengan tuduhannya, rencana untuk si kembar Wamena-Timika yang sulit terwujud, Seb yang jenius tapi kadang menyebalkan, teguran pak Hilal mengenai nilai matematikanya, dan si misterius yang masih saja misterius. Lalu Mami datang dan menawarkan opsi  pindah lagi ke Jakarta.

Keo galau. Ia tidak yakin apakah ingin benar-benar kembali ke Jakarta? Tapi kenapa rasanya berat? Akhirnya Keo menemui Noaki. Berpamitan. Noaki kaget banget. Ia mempertanyakan apakah Keo betul-betul nggak betah. Keo nggak jawab iya, tapi dia ngerasa masalah di antara dirinya dan Noaki and the gank, semakin rumit. Noaki bilang, semua bisa diperbaiki. Lalu keduanya membahas masalah Keo, namun yang terjadi malah perang mulut. Beda persepsi. Keo pun merasa lelah.

Suasana dialog Keo-Noaki di bagian akhir buku ini adalah bagian favoritku. Duh, bahasanya ngena banget. Bikin melting.. hehe.. Baper deh. Tapi memang ini bukan pure novel anak. Udah agak mau remaja gitu. Jadi jangan under estimate lho.. ah, males baca novel anak-anak. Novel ini asyik juga dibaca sama orang dewasa.

“Oh.” Keo sesaat kehilangan kata-kata. Kepalanya mendadak pusing dengan kalimat-kalimat yang ternyata bisa diartikan macam-macam. Ya, ia mengatakan buat apa susah payah, tapi bukan berarti ia tidak berusaha keras untuk meraih teman-temannya lagi, terutama Noaki. Tidakkah Noaki melihat itu? Keo menarik napas.
“Kalau begitu, aku minta maaf lagi, Noaki. Sungguh, aku ingin kita terus berteman.”
Noaki mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Keo meneguk ludah. Apakah kata-katanya salah lagi sehingga membuat Noaki menangis? Aduh Mami, anak perempuan ini telah menguras tenaga dan emosinya. Apakah akan selalu begini setiap kali bertemu? Bagaimana ia bisa berharap Noaki memberinya alasan untuk tinggal?
“Kamu akan tetap pindah?”
Keo mendengar pertanyaan Noaki seperti bisikan.  (halaman 135)

Bagiku rasanya sulit mencari kekurangan atau kelemahan dari buku ini. Semua disiapkan dengan cermat oleh penulisnya. Kalimat demi kalimat tertata rapi. Nggak ada plot hole. Logika ceritanya ajeg. Dan yang mengasyikkan adalah pemaparan konflik berbanding lurus dengan pengenalan tokoh yang diiringi penggambaran karakter yang jelas. Pembaca diajak membaca karakter tokoh dari dialog antar tokoh serta sikap tokoh dalam menghadapi konflik tersebut.

Yang menarik lainnya adalah deskripsi setting yang detil dan mudah dibayangkan. Lengkap dengan suasana tempat yang terasa saat itu. Ada pula peta denah lokasi cerita. Peta sederhana yang sangat membantu pembaca dalam membayangkan tempat terjadinya cerita.

Oh ya, di buku ini pun ada beberapa mind mapping yang bisa menginspirasi pembaca untuk membuat hal serupa. Mind mapping biasanya untuk meringkas pelajaran di sekolah, bukan? Nah, Keo mencontohkan bagaimana mind mapping juga bisa digunakan untuk menulis cerita sehari-hari.

So, Novel persahabatan ini recommended banget deh. Selain buat middle grade, alias anak-anak SD kelas atas, asyik juga buat remaja dan dewasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 comments:

sari widiarti said...

coba kalau bewarna, pasti lebih seru... lebih mihil juga kayaknya XD

Inda Chakim said...

Recomended mbak ya..
Aku jg suka sih sm novel2 yg ceritanya ttg persahabatn gituh...

Linda Satibi said...

Mbak Sari, ini novel serial, kalo mihil, jadinya lumayan deh menguras dompet.. hehe..
jadinya ilustrasi di dalam cukup BW, dan tetep cakep lho.. :)

Linda Satibi said...

Mbak Inda, wah kalo emang suka cerita ttg persahabatan, pasti bakal suka sama novel serial ini, pake banget.. :)

Post a Comment