Judul : Cantiknya Akhlak Khadijah
Penulis : Irma Irawati dan Wylvera W.
Penerbit : Adibintang - Zaytuna Ufuk Abadi
Tebal Buku : 164 halaman
Cetakan :
Januari 2016
ISBN : 978-602-372-067-5
Siapa
yang tak kenal Bunda Khadijah? Beliau istri pertama Nabi Muhammad, dan
merupakan muslimah pertama di dunia. Yup, Bunda Khadijah adalah wanita pertama
yang memeluk agama Islam. Banyak buku yang mengupas riwayat hidup wanita mulia
ini. Termasuk yang diperuntukkan bagi si kecil. Buku untuk anak-anak, selain
untuk mengenalkan anak-anak pada keluarga Rasulullah, tetap bisa dikonsumsi
orang dewasa sebagai penambah pengetahuan.
Di
buku “Cantiknya Akhlak Khadijah” karya Irma Irawati dan Wylvera W., diceritakan
dari masa kecil Bunda Khadijah hingga akhir hayatnya. Kita bisa mengetahui
betapa baik dan lembutnya hati beliau. Kita juga bisa mencontoh kesungguhannya
dalam mengerjakan sesuatu sehingga membuahkan hasil yang sukses. Perangainya
yang berbudi luhur, membuat kecantikannya tidak sekadar cantik wajahnya saja,
namun kecantikannya juga terpancar dari hati.
Ada
salah satu cerita dalam buku ini yang berjudul “Anting-anting Khadijah”. Tapi
jangan mengira ini kisah tentang anting-anting indah yang terpasang di telinga
Bunda Khadijah. Lho, jadi apa dong? Ternyata ini cerita tentang Bunda Khadijah
di masa kecil yang senantiasa mengingat nasihat dari ayahnya. Dengan penuh
kesabaran, ayahnya selalu mengajari putri tersayangnya. Khadijah dibiasakan
bangun di awal waktu, dilatih mahir berkuda, terampil berhitung dan aritmatika.
Ibundanya pun senantiasa mengajarkan kelembutan dan suka memberi. Khadijah
kecil yang cerdas dan cekatan, selalu mengingat baik-baik semua nasehat,
sehingga nasehat-nasehat itu seperti melekat bagai anting-anting yang menempel
di kedua telinganya.
Keistimewaan
lain yang dimiliki Bunda Khadijah adalah kemampuannya bertahan dalam terik dan
badai padang pasir. Seperti yang kita tahu, betapa panasnya udara di sana, dan
angin yang bertiup bisa sewaktu-waktu berubah menjadi badai. Hanya kesabaran
yang luar biasa, yang akan membuat seseorang bertahan sampai melalui padang
pasir menuju tempat yang dituju.
Selain
kesabaran untuk mampu bertahan dari sesuatu yang berat seperti cuaca buruk,
ternyata ada kesabaran yang lain juga. Ada nasehat ayahnya yang selalu diingat
oleh Bunda Khadijah, yaitu bahwa bersabar itu bukan hanya sebatas bertahan
menghadapi segala rintangan. Tapi juga, sabar untuk tidak membalas kejelekan
orang lain, meski mampu melakukannya.
Setelah
kisah menyenangkan di masa kecilnya, cerita bergerak menuju masa remaja. Bunda
Khadijah harus berjuang setelah ayahnya meninggal. Beliau melanjutkan usaha
perniagaan ayahnya demi kelangsungan hidup bersama adik-adik yang dikasihinya.
Bunda Khadijah berusaha sungguh-sungguh. Kecerdasannya semakin terasah. Beliau
mengurus usahanya dengan teliti, tekun, dan cermat.
Bukan
berarti Bunda Khadijah selalu hidup enak. Di tengah kesuksesan bisnisnya,
beliau mengalami juga kerugian. Ada pegawainya yang tidak jujur. Namun Bunda
Khadijah sudah terlatih sejak kecil. Ayahnya selalu mengajarkan untuk menjadi
orang yang kuat dan bersabar di saat sulit.
Bunda
Khadijah memiliki beberapa gelar yang baik. Beliau digelari “Ath-Thahirah”,
artinya perempuan yang mampu menjaga kesucian dirinya. Gelar lain yaitu
“Sayyidah Nisa’ Quraisy” yang artinya pemuka perempuan Quraisy. Lalu, “Ratu
Mekah” adalah gelar yang disematkan kepada beliau juga, sebagai perempuan
satu-satunya dan terkaya di Mekah. Dan terakhir, “Ummul Mukminin” yaitu ibu
orang-orang yang beriman.
Selanjutnya,
kisah pertemuan beliau dengan Nabi Muhammad, kemudian pernikahannya, hingga
kehidupan keluarganya kelak. Kisah-kisah tersebut banyak sekali yang bisa kita
ambil teladannya. Bagaimana kesabaran Bunda Khadijah mendampingi Nabi Muhammad,
perjuangannya dalam mendukung dakwah suami tercintanya, kegigihannya dalam
membela Islam, serta kepeduliannya yang tinggi kepada sesama. Beliau adalah
bunda yang dicintai oleh anak-anaknya dan juga oleh seluruh kaum muslimin.
Hati Khadijah yang lembut selalu
menangis jika ada seorang muslim yang disakiti, disiksa, atau dihinakan. Air
matanya selalu mengalir dalam doa-doa yang dipanjatkannya kepada Allah. Dengan
kebesaran jiwanya, Bunda Khadijah justru merasa sedih melihat mereka yang keji
dan ingkar hatinya pada Kebesaran Allah. (halaman 154-155)
Di
dalam buku ini pun, kita bisa mengetahui orang-orang yang berada dalam
kehidupan Bunda Khadijah. Ada pembantu setianya yang bernama Maisarah, kakek tua pembawa peta, Dujayah yang
dibebaskan dari perbudakan, Paman Waraqah yang penuh kasih sayang, Berenis sang
pengelana, Nafisah sang sahabat sejati, Zaid
si budak istimewa, dan lainnya.
Jadi,
di samping ceritanya yang asik dan menghibur bagi anak-anak, kisah-kisah dalam
buku ini memberi banyak pengetahuan sejarah Islam. Sangat tepat menjadi bacaan
keluarga muslim.