Judul : Kemolekan Landak
Penulis
: Muriel Barbery
Penerjemah : Jean Couteau dan Laddy Lesmana
Penyelia naskah bahasa Indonesia :
Mirna Yulistianti
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 2017
Tebal
: 364 Halaman
ISBN
: 978-602-03-3827-9
Seni bukan hanya milik orang-orang tertentu. Namun banyak diyakini, seni selayaknya cuma dikonsumsi oleh orang-orang kelas atas.
Kaum proletar, kasta rendahan, golongan miskin, semacam disangsikan dapat
menikmati sebuah karya seni. Karena keadiluhungan seni dianggap tak akan mampu
dicerna oleh mereka.
Seperti seorang penjaga gedung bernama Renee, yang menjadi
tokoh utama dalam novel karya Muriel Barbery. Novel yang bertajuk frasa unik,
“Kemolekan Landak”. Di sini Renee berusaha memerankan dirinya sebagai penjaga
gedung kebanyakan. Stereotype umum berwajah jutek, gemar menonton TV sebagai cerminan
kemalasan, jauh dari pintar apalagi cerdas, memelihara kucing gemuk, dan hal
remeh temeh lainnya.
Bungkus luar Renee sangat berbeda dengan senyatanya. Renee
berpura-pura menyalakan TV dengan mengeraskan suaranya, padahal di sudut lain
ia tengah menikmati film bercita rasa tinggi atau buku-buku berat bertema
filsafat. Renee juga sangat menyukai sastra. Ia penggemar berat Leo Tolstoy.
Sejak usia 27, Renee menjadi penjaga gedung di Jalan
Grenelle no.7, sebuah bangunan pribadi nan megah dengan halaman dan taman di
dalamnya, terbagi menjadi delapan apartemen sangat mewah, semuanya dihuni,
semuanya besar. (halaman 3) Bagi para penghuni apartemen, ia jujur, dapat
diandalkan, dan tentu saja, tampak kurang berpendidikan (sesuai citra yang
selalu ditampilkan Renee).
Beragam karakter muncul di antara para penghuni
gedung, namun satu yang pasti, mereka berada dalam golongan elite, kaum borjuis
yang selalu tampil elegan di depan umum. Mereka pelik dalam urusannya
masing-masing.
Yang menarik adalah seorang gadis kecil berusia 12 tahun,
bernama Paloma Josse. Ia seorang jenius, menguasai ilmu pengetahuan melampaui
usianya. Baik budaya, sastra, dan filsafat. Ia merencanakan bunuh diri saat
berusia 13 tahun, demi menghindar dari masa depan borjuisnya yang sudah bisa
dipastikanya. Ia juga akan membakar apartemennya agar keluarganya mengalami sedikit
kesusahan.
Pada satu kesempatan, Renee dan Paloma bertemu lalu terjadi
hal-hal yang tak terduga. Ditambah dengan kehadiran penghuni baru yang cukup menarik
perhatian seisi gedung, yaitu Kakuro Ozu, pria Jepang yang bercita rasa tinggi.
Ketiganya kemudian menjadi semacam sahabat yang sehati dan sejiwa.
Novel ini banyak mengangkat teori-teori filsafat. Juga
hal-hal yang berkaitan dengan dunia seni, sastra, dan budaya. Melalui interaksi
para tokoh dalam cerita ini, Muriel Barbery tampak ingin mempertontonkan
beragam sisi kehidupan yang lestari dalam kebobrokannya di masyarakat. Kaum
elite yang selalu merasa lebih unggul, padahal kenyataan hidupnya menunjukkan
banyak kelemahan.
Paloma sebagai anak kecil, mewakili kelompok yang tidak
dianggap. Ia merasakan kesoktahuan orang dewasa di sekitarnya. Orangtua, kakak,
dan gurunya. Para orang dewasa kerap merasa sebagai si paling benar padahal dengan
kemampuannya yang di atas rata-rata, Paloma mapu menunjukkan kesalahan
tersebut. Namun karena dia dianggap anak kecil yang tidak tahu apa-apa, maka
orang dewasa tetap menjadi pemenangnya.
Lalu Renee, dengan statusnya sebagai orang bawahan, sangat
disangsikan intelegensinya. Dan ia menyembunyikan kecerdasannya karena enggan
menerima tatapan penuh kernyit tak percaya dari orang-orang yang menahbiskan
dirinya sebagai kaum terpandang. Padahal pengetahuan Renee sangat mumpuni di
bidang seni dan filsafat. Buku-buku yang dilahapnya bahkan mungkin tak pernah terjamah
oleh kaum yang mengaku terpelajar di dalam gedung yang dijaganya.
Sosok Kakuro Ozu hadir sebagai pria sopan penuh tata krama
yang sangat menghargai seseorang bukan dari tampilan luar semata. Dengan
kepekaannya, Kakuro mampu menebak bahwa Renee bukan penjaga gedung biasa. Secara
berseloroh Kakuro mengira bahwa Renee adalah seorang putri yang sedang
menyamar.
Hingga kemudian Kakuro berhasil menerabas sekat yang selalu
dipasang Renee untuk memagari diri. Mereka berdua bertemu, berbincang, bertukar
pikiran selayaknya dua kawan baik. Dengan Paloma di antara keduanya, mereka
serasi bersahabat.
Novel ini bertabur kalimat-kalimat filosofis yang tidak
ringan. Namun bukan berarti ini bacaan berat yang sulit dinikmati. Sisi humanis
tetap menyertai, seperti manisnya persahabatan Renee dengan Manuela, seorang
pembantu berkebangsaan Portugis.
Novel dengan judul asli L'Elegance du herisson dan diterjemahkan oleh Alison Anderson ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Elegance of The Hedgehog menjadi best seller 30 minggu berturut-turut dan dicetak ulang sebanyak 50 kali. Tidak hanya di negeri asalnya, Perancis, buku tersebut juga menjadi best seller di Italia, Jerman, Spanyol, dan Korea Selatan.
Misteri judul unik “Kemolekan Landak” terungkap di
pertengahan cerita. Siapakah si Landak? Mengapa disimbolkan dengan landak? Termasuk
mengapa digunakan pilihan kata “molek”. Ini sungguh mengesankan.
Di ujung cerita, pembaca mendapat kejutan. Apakah ini
tergolong kejutan menyenangkan, melegakan, menyedihkan, atau menyakitkan,
sangat berkaitan dengan rasa, kadar emosi, juga selera. Satu yang pasti, hingga
cerita ditutup, pembaca mendapat banyak bekalan hidup dari muatan filsafat,
seni, budaya, sastra, juga cara hidup dan cara pandang para tokoh. Sungguh
sebuah novel yang komplet. Menghibur serta mencerahkan.
4 comments:
Fix, ini bagus. Aku cari bukunya.
Fix, ini bagus. Aku cari bukunya.
happy hunting yaa..
Btw, makasiii dah mampir.. 🙏
happy hunting yaa..
Btw, makasiii dah mampir.. 🙏
Post a Comment