Trus, langsung kepikir pingin kirim resensinya ke media cetak, namun ternyata apa daya.. nggak kunjung dimuat.. hehe.. nggak apa-apa lah..
Akhirnya aku merubah strategi. Aku membidik sisi indigo-nya sebagai materi parenting, jadi cocok untuk media smartmomways.com. Dan Alhamdulillah, dimuat di sini.. :)
Secara keseluruhan, aku suka sama novel ini. Idenya nggak biasa, tentang anak indigo. Dan penuturannya ngalir banget, berasa betulan kebawa ke dimensi lain. Nggak ketinggalan, unsur ngocolnya.. (kayaknya ini bagian Mbak Eno, deh.. :D ). Asyik lho.. bagian lucunya itu, bikin ngakak-ngikik. Humor dan becandanya nggak garing.
Dengan setting anak SMA, nggak sah kali yaa.. kalo nggak ada cinta-cintaanya.. hihi.. Untuk bagian ini, romansanya dapet. Tetep dengan bahasa segar. Jadi nggak berasa cengeng dan cemen.
Kalau kekurangan novel ini, apa yaa..? kalau menurutku, info tentang indigonya, tentu akan lebih bagus jika lebih dalam. Tentang meditasi dan kemampuan berintradimensi ke masa depan masih cukup membingungkan buatku. Bukan berarti pingin dikupas tuntas, tapi terlalu permukaan banget gitu penjelasannya.
So far, buku ini keren. Informatif dan menghibur. Selamat menikmati.. :)
Judul
: Dimensi
Penulis : Triani Retno A. & Rassa Shienta A.
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal : 191 Halaman
ISBN : 978-602-02-4423-5
Terbit : Cetakan I, Agustus 2014
Penulis : Triani Retno A. & Rassa Shienta A.
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal : 191 Halaman
ISBN : 978-602-02-4423-5
Terbit : Cetakan I, Agustus 2014
Tidak
jarang ditemui pendapat awam bahwa indigo bisa disetarakan dengan cenayang. Ia
memiliki kemampuan mengetahui dan melihat peristiwa yang akan terjadi. Juga
kemampuan menyaksikan makhluk-makhluk gaib. Sebuah kemampuan istimewa yang
mengasyikkan. Padahal indigo memiliki beberapa jenis, tidak semuanya memiliki
kemampuan yang sama.
Menjadi
seorang indigo, tidak selamanya menyenangkan. Kelelahan fisik dan batin kerap
dirasakan. Seperti yang dialami Zhafira. Karena ia bisa berpindah tempat ke
mana saja dan kapan saja, menembus dimensi dan waktu. Hal itu karena Zhafira
adalah indigo tipe intradimensional. Sedangkan indigo tipe lainnya, yaitu konseptual,
artistik, humanis, dan visi, tidak bisa melakukan itu, kecuali bila mereka mau
berlatih (halaman 75).
Zhafira
pindah ke Bandung mengikuti orangtuanya yang dipindahtugaskan. Ia bersekolah di
SMAN 215. Saat hari pertama menjadi murid baru, Zhafira mendapat teman sebangku
yang bawel dan lincah, bernama Keira. Ditemani Keira, Zhafira berkeliling
sekolah, dan langsung merasakan aura hitam.
SMAN
215 memang disebut-sebut sebagai tempat yang cukup angker. Konon pada zaman
Belanda, siswi sekolah itu yang bernama Sekar Ayu, mati bunuh diri di aula
sekolah. Dan beberapa orang kabarnya pernah melihat sosok perempuan pribumi
cantik bergaun putih di aula atau di koridor, dengan pisau menancap di
perutnya. Ada juga yang kerap mendengar suara perempuan menangis.
Ketika
pelajaran berlangsung di kelas, Zhafira acap tiba-tiba diserang kantuk hebat.
Nadinya berdenyut lebih kencang, dan jantungnya mulai berisik seperti ada
sesuatu yang menarik-narik tubuhnya. Sebuah medan magnet yang kuat dari kutub
yang berbeda dengan kutub magnet tubuhnya memaksa Zhafira mengikutinya. Fisikal
medan kuantum yang kuat di tubuhnya selalu membuatnya kesulitan mengendalikan
diri agar tidak masuk ke dunia intradimensional (halaman 58). Saat
berintradimensi, Zhafira mengalami pingsan.
Berada
dalam tarikan kuat cahaya nila, sesungguhnya membuat Zhafira ingin melepaskan
diri. Namun ia tak berdaya. Cahaya nila itu membawa sukma Zhafira menuju
dimensi lain. Melewati labirin waktu. Perpindahan ruang, waktu, dan cahaya
menimbulkan rasa nyeri di tubuhnya. Keringat dingin mengalir tanpa henti
(halaman 59).
Zhafira
bisa tiba-tiba berada di Kerajaan Pajajaran sekitar abad 15 – 16, lalu bisa
juga terperangkap dalam hutan yang seram dan dikejar-kejar makhluk-makhluk
mengerikan, kemudian pernah juga terlempar ke wilayah istana Pakungwati,
Cirebon, saat pertempuran melawan bangsa Portugis, dan berbagai tempat serta
suasana yang mencekam lainnya.
Suatu
hari Zhafira berintradimensi ke SMAN 215 di masa lampau. Ia bertemu dengan
Sekar Ayu. Ternyata Sekar Ayu mengetahui sebuah rencana pembunuhan oleh kompeni
terhadap seorang tokoh pergerakan kemerdekaan. Ia berhasil mendapatkan
bukti-bukti, namun sulit untuk menyerahkannya pada kelompok pergerakan.
Nyawanya terancam, hingga akhirnya terbunuh. Entah itu dibunuh kompeni atau
bunuh diri seperti yang digosipkan selama ini.
Zhafira
berusaha mengurai kisah misterius itu. Ia minta bantuan Keira mencari info
tentang sejarah sekolah dan hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan
kemerdekaan Indonesia pada masa itu. Selain googling, Keira kemudian sibuk
keluar masuk perpustakaan.
Seringnya
terlempar ke berbagai tempat dengan suasana dan waktu yang tidak terduga,
membuat Zhafira kelelahan. Ia ingin kemampuan indigonya bisa dihilangkan. Zha seperti manusia gasing saja, diputar
kemudian dilempar ke mana-mana. Zha nggak bisa tenang. Zha pingsan di
mana-mana. Zha makin aneh aja di mata orang (halaman 100).
Untunglah
kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai dokter, memahami kondisi putrinya.
Mereka menghibur dan memberi dukungan moril agar Zhafira menerima dirinya apa
adanya. Bahwa kemampuan indigo adalah karunia pemberian Tuhan. Tidak seorang
pun dapat menahannya. Yang harus dilakukan Zhafira adalah bersyukur dan
berhenti mengeluh. Dengan merasa ikhlas, maka hidup akan terasa lebih ringan
dan tenang (halaman 101).
Melalui
novel ini, pembaca akan mengetahui seluk-beluk seorang anak indigo. Bagaimana
sikap orangtua bila mempunyai anak indigo, ditampakkan oleh ayah dan ibu
Zhafira. Dukungan moril sangat dibutuhkan oleh anak-anak indigo. Kepada mereka
harus ditanamkan bahwa keistimewaan yang diberikan Tuhan itu memiliki hal yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Namun anugerah itu hendaknya dapat
diarahkan pada hal yang positif.
Demikian
juga dengan latihan-latihan meditasi yang harus dilakukan oleh anak indigo. Hal
itu perlu diingatkan orangtua, karena rasa jenuh terkadang menghinggapi mereka.
Dunia astral dan makhluk-makhluknya yang menyeramkan bisa dihindari bila
kemampuan mengendalikan diri selalu dilatih. Selain itu, tentu saja doa-doa
harus terus dipanjatkan, agar senantiasa dilindungiNya dari marabahaya.
3 comments:
Tema novel ini agak berbeda ya...mungkin inilah kekebihannya.. Dgn tema yg tidak biasa ternyata mampu menarik minat pembaca.. Barangkali juga krn ada unsur cinta2an kali ya..shg novel ini lebih disukai kalangan remaja.. Mengenai abak indigo aku pernah punya pengalaman berteman dgn si indigo.. Ternyata anak indigo itu kerap tersiksa dan tak nyaman ketika dia bisa melihat dimensi lain.. Kata temanku itu kadang2 apa yg dilihatnya itu seringkali menakutkan...
Iya Mbak Rita, novel ini remaja banget.. jadi meski temanya rada berat dan nggak biasa, tetep bacanya asyik..
Betul, di dunia dalam dimensi lain itu berseliweran makhluk-makhluk yg menakutkan..
Makasiii ya, Mbak Rita.. dah mampir.. :)
Hai mbak.. aku jadi pingin beli novel ini
Sepertinya bagus..
Post a Comment