Judul Buku : Lupita: Lu Pikir Gua Pengemis Cinta?
Penulis :
Dian Kristiani
Penerbit : Bhuana Sastra
(imprint BIP)
Genre
: Romance Komedi
Terbit
: 2013
Tebal : 278 Halaman
ISBN
: 978-602-249-393-8
Lupita, nama yang cantik,
ternyata memiliki sejarah unik. Saat mengejan akan melahirkan, Mama Lupita
meneriakkan kalimat: Lu pikir gua pengemis cinta..! Maka si jabang bayi diberi
nama Lupita, singkatan dari kalimat yang diteriakkannya itu. Teriakan itu
sendiri terlontar karena Papa Lupita kabur dan kawin lagi tepat pada hari
tersebut.
Lupita kemudian hidup berdua
hanya dengan mamanya. Luka yang dialami mamanya membekas di hati Lupita, dan
menumbuhkan prinsip kuat bahwa Lupita tidak ingin menjalin hubungan dengan pria
lokal, yang dianggapnya tidak setia. Pria bule saja-lah yang menjadi incaran
Lupita, karena mereka romantis dan menghargai wanita. Itu kesimpulan Lupita
dari hasil interaksi dengan bule-bule yang dikenalnya di lingkungan kerjanya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Datanglah Corey dalam
kehidupan Lupita. Setelah sebelumnya Lupita patah hati oleh Phil, pemuda New
Zealand, kehadiran Corey membuat hidupnya berbunga-bunga. Hingga puncaknya,
Lupita dilamar dengan cara sangat romantis, yang membuatnya klepek-klepek.
Corey serius ingin menikahinya, dan mengajaknya tinggal di Australia.
Sayangnya, jalan tak semulus yang dibayangkan.
Rintangan besar menghadang. Lupita galau. Untungnya ada Kian, sahabat Lupita
sejak SMP, yang kehadirannya dengan gaya khas yang kocak, selalu menghibur.
Lupita nyaman curhat kepadanya.
Dulu ketika SMP, Kian pernah menyatakan cinta kepada
Lupita, namun ditolak. Berbilang tahun kemudian, Kian muncul kembali sebagai
supplier kardus di tempat Lupita bekerja. Mereka kembali akrab. Sebatas
sahabat, karena Kian telah beristri.
Kelanjutan kisah Lupita dengan cinta impiannya, sang
cowok bule, juga dengan teman lamanya, diceritakan dengan bahasa yang ringan,
diselipi bumbu kocak yang segar. Namun tidak mengurangi sisi romantisnya.
Sebagai novel debut, penulisnya berhasil menyuguhkan
sebuah karya yang asyik untuk dinikmati. Sebelumnya, sang penulis, Dian
Kristiani, dikenal sebagai penulis buku-buku cerita anak. Tak kurang dari
seratus buku anak yang telah ditulisnya. Tetapi ketika menuangkan ide dalam
novel dewasa, Dian tidak gagap. Cerita mengalir lancar, dengan gaya yang
renyah.
Selain berisi
adegan serta dialog yang lucu, kisah ini pun menampilkan sisi yang menyentuh,
hingga boleh jadi akan membuat pembaca berurai air mata. Bagaimana perjuangan
berat seorang ibu, diperlihatkan oleh sosok Mama Lupita. Tergambar betapa kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya sungguh luar biasa. Bagian ini menyadarkan
pembaca akan pengorbanan besar seorang ibu.
Setting Surabaya
dan sekitarnya dideskripsikan dengan baik. Beberapa tempat yang menjadi latar, Museum
Kesehatan, House of Sampurna, Pantai Kenjeran, hingga warung sego sambel di
Sidoarjo, dan tempat lainnya, seperti
dihadirkan di depan mata. Begitu pun dengan kuliner khas, semisal: ote-ote,
rengginang lorjuk, lontong kikil, diceritakan dengan baik sehingga pembaca bisa
membayangkan citarasanya.
Latar pekerjaan
Lupita yang bergerak di bidang furnitur, dipaparkan dengan detil yang menarik.
Penulis cukup fasih dengan hal ini, sehingga cerita terasa hidup.
Sulit mencari
kekurangan novel ini, karena dengan mengusung genre komedi romantis, novel ini
telah berhasil menunjukkannya dengan baik. Komedinya benar-benar lucu dan tidak
garing, serta romantisnya pun dapat. Mungkin bila dianggap sebagai kekurangan,
maka selipan kalimat serta dialog berbahasa Inggris, agak kebanyakan, dan ini
boleh jadi membuat pembaca yang tidak terlalu paham bahasa Inggris akan
skip-skip bagian tersebut, sebab tidak ada terjemahnya. Memang bagi sebagian
kalangan, bahasa Inggris yang dipakai itu sederhana dan familiar, namun jangan
melupakan kalangan lain yang tidak begitu terbiasa berinteraksi dengan bahasa
Inggris.
Pesan moral yang
kuat tertangkap dari novel ini bahwa cinta tak melulu bicara tentang fisik. Ada
yang lebih hakiki yaitu esensi bahagia dari kerja mencintai dan dicintai. “... Kalau Mama sih, yang penting bahagia.
Buat apa cakep dan wangi tapi bikin makan ati... Jangan mencintai fisik. Fisik
itu bisa berubah. Ibarat baju, kalo udah luntur warnanya, nggak lebih dari
sekedar kain gombal.” (halaman 31)
Pesan lain bahwa
perkawinan membutuhkan kompromi. “Perkawinan
itu sebuah kompromi. Kita tidak bisa mengubah pasangan kita, yang bisa kita
lakukan hanyalah berkompromi dengan semua sifat dan kebiasaannya.” (halaman
237). Dan bahwa dalam perkawinan, cinta bukan segalanya. “Kamu betul. Zaman dulu kami rata-rata menikah
karena dijodohkan. Tapi kau lihat kan, kami langgeng. Nggak ada cerita
selingkuh apalagi perceraian. Bandingkan dengan anak-anak muda masa kini,
katanya menikah karena cinta. Tapi banyak yang bercerai, selingkuh, cinta macam
apa itu? Cinta itu setia, hanya maut yang bisa memisahkan”.(Halaman
239).
Maka novel ini sangat
direkomendasikan bagi para penyuka novel dengan tema ringan dan bahasa yang tidak
berbelit-belit. Selain menyajikan rasa komikal, di dalamnya tetap mengandung
pesan yang dalam.
#resensi ini dimuat di media rimanews.com pada tanggal 20 Februari 2014
2 comments:
novel dengan rasa komikal.. sepertinya menarik... :)
Iya Mbak Amidy.. ini novel yg seger dan menyenangkan..
Thanx yaa dah mampir.. :)
Post a Comment