Sebelumnya aku nggak
pernah baca novel chicklit. Tapi ketika dapet novel ini, aku antusias bacanya.
Pertama, karena penulisnya Octa. Emang kenapa kalau Octa? Soalnya kalau aku
baca blog Octa, tulisannya keren-keren, bikin betah bacanya. Jadi penasaran banget,
macam mana kalau Octa bikin novel? Yang
kedua, karena tokohnya unik, seorang geek. Aku kira, seorang geek nggak akan
asyik dimainkan sebagai tokoh utama. Penasaran jilid dua deh, tentang si geek.
Lalu, yang ketiga.. ah, kebanyakan alasan ya, langsung saja menuju sinopsis.
Athaya, freelancer web designer, mengaku geek,
tapi sangat modis. Tergila-gila pada high
heels yang selalu dipadankannya dengan warna cat kuku. Namun nasib cintanya
tidak secantik penampilannya. Di usianya yang menjelang 30, masih jomblo,
setelah sebelumnya beberapa kali putus dari pacarnya dengan alasan tidak jelas.
Cerita bermula saat
Athaya kabur dari sebuah acara makan malam keluarga, dalam rangka perkenalan
calon suami sepupunya. Dibombardir dengan pertanyaan menyebalkan seputar
dirinya yang masih belum punya pacar, menjadi alasan kuat pelariannya. Sebuah
kafe yang ditemuinya ketika berlari menjauh dari restoran tempat acara tersebut,
segera dimasuki Athaya.
Di kafe tersebut,
Athaya ‘berebut’ meja dengan seorang cowok manis berkacamata. Meja yang
diperebutkan tentu saja dimenangkan Athaya. Saat duduk sendiri di meja itu,
tiba-tiba Athaya punya ide aneh, mengiklankan dirinya di blog sebagai cewek
yang sedang mencari calon suami.
Selanjutnya, seorang
klien ganteng bernama Ibra, mendekati dan menunjukkan perhatian kepada Athaya.
Pada saat yang sama, Athaya pun bertemu kembali dengan cowok yang dulu
memberikan meja di kafe ketika Athaya kabur dari acara makan malam keluarga.
Cowok itu, namanya Kelana, ternyata seorang penulis novel best seller yang terkenal.
Athaya dikepung gundah.
Ia berada di antara dua pilihan, Ibra yang baik tapi workaholic atau Kelana yang asyik tapi sering menghilang juga
karena terikat deadline menulis.
Kisah Athaya ini ringan
dan menyenangkan. Sepertinya khas chicklit memang begitu, kan? Dan Octa
menuangkannya dalam bahasa yang asyik, segar, dan ngalir banget.
So.. novel ini asyik
dinikmati sebagai selingan ringan yang keren. Dan karena ini bukan bacaan
bertema berat, pembaca nggak perlu banyak protes dengan adegan serba kebetulan
yang terjadi di dalamnya . Dengan riwayat berkali-kali putus cinta, yang
membuat nasib kisah cinta Athaya tampak mengenaskan, secara kebetulan ia berjumpa
dengan Kelana, cowok yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama
kepadanya. Kemudian Athaya dijatuhi cinta pula oleh Ibra, seorang pria dewasa
yang mapan, ganteng, dan penuh perhatian. Lalu kebetulan lagi, Athaya bertemu
kembali dengan Kelana.
Tapi kadang hidup
memang tak terduga. Hari ini jomblo merana, besok lusa malah bingung karena
ketiban dua cinta. Bisa sebaliknya juga, hari bersenang-senang karena cinta,
besoknya sesenggukan kehilangan cinta. Jadi, berhati-hatilah.
Ada yang terasa agak
maksa juga tentang tokoh Kelana. Konon dia penulis terkenal. Tapi nggak
segitunya juga kali ya, sampai launching
buku atau book signing berkali-kali di
tempat yang sama dalam waktu berdekatan.
Yang aku suka dari
novel ini, Octa bermain cantik di deskripsi. Informasi tentang profesi web designer, asyik, nggak cerewet,
tapi cukup pas. Kegilaan Athaya pada high
heels juga digambarkan menarik. Nggak sekedar suka mengenakannya, tapi high heels menjadi semacam candu yang
dibutuhkan saat Athaya ditimpa gulana. Ia akan berburu high heels di mal, menghidu aroma wanginya, lalu memajangnya di
dekat komputer sehingga ia bisa tetap bekerja.
Lalu tentang iklan
Athaya di blog, ternyata itu menjadi semacam plant harvest, yang kemudian muncul menjadi penyelesaian pada
ending kisah ini. Sebuah langkah yang layak diapresiasi.
Hal menarik lainnya
yaitu konflik seputar galaunya Athaya yang menyiratkan pesan bahwa cinta harus
dilandasi kejujuran. “Daripada lo terus
dihantui perasaan lo sendiri. Lagian, semakin lama lo nggak jujur, semakin lama
juga lo bikin dia menderita. Apa lo tega kalau dia mengharapkan lo sementara lo
sendiri kayak gini? Mendingan lo ngebebasin dia buat nyari orang yang tepat di
luar sana.” (halaman 189)
“Lo
cinta salah satunya. Lo tahu yang mana. Lo juga tahu bakal menyakiti yang mana.
Jadi, mending lo jujur aja.” (halaman 189)
Isu utamanya sendiri
terletak pada tagline kovernya: Tunggulah, cinta akan menemukanmu. Artinya
cinta akan tiba pada waktunya. So, para pejomblo nggak usah khawatir akan cinta
yang tak kunjung datang, karena ia pasti akan menemuimu. Ini hanya tentang
waktu.
Cinta
itu cukup ditunggu. Tidak perlu dicari. Ketika datang orang dan waktu yang
tepat, dia akan ada, dan kamu akan menemukannya. Seperti cinta itu yang juga
akan menemukanmu. (halaman 9)
Judul Buku : Geek In High Heels
Penulis : Octa NH Penerbit : Stiletto Book Jumlah Hal : 205 halaman Terbit : Cetakan I, Desember 2013 ISBN : 978-602-7572-20-1 |
0 comments:
Post a Comment