Judul
Buku : Ketika Bunga Cengkih Bersemi
Penulis : Eko Hartono
Penerbit : CV Smartmomways
Terbit : 2014
Tebal
Buku : iv + 60 halaman
ISBN : 978-602-71361-1-3
Kepercayaan
masyarakat terhadap klenik masih kuat, terutama di wilayah pedesaan. Hal-hal
gaib yang beraroma mistis menjadi bagian dari kehidupan mereka. Kejadian atau peristiwa
yang tampak aneh akan langsung dikaitkan dengan kepercayaan pada klenik, tanpa analisa
yang mengedepankan pemikiran logis.
Buku
“Ketika Bunga Cengkih Bersemi” membidik masalah itu. Lastri, gadis desa yang
lugu, mengalami pergulatan hidup yang cukup berat. Kehidupan ekonominya suram
dengan kondisi status pernikahan yang tidak jelas. Suaminya, Marsudi, pergi lima
tahun lalu saat buah hati mereka belum lagi satu tahun usianya. Untuk
menyambung hidup, Lastri bekerja sebagai kuli di perkebunan cengkih milik Haji
Mardi, orang terkaya dan terpandang di desanya.
Masalah
timbul saat Wulan, putri Lastri, kerap terserang penyakit ‘aneh’, ketika usianya
menginjak lima tahun. Tiba-tiba badannya panas dan kejang-kejang. Orang-orang
mulai bergunjing tentang diri Lastri. Kasak-kusuk yang berkembang menyebut
Marsudi pergi meninggalkan keluarganya karena kecewa pada Lastri. Konon dia
telah dibohongi Lastri yang sudah tidak perawan. Wulan pun sering diolok-olok
temannya, bahwa ia adalah anak jin. Dan bapaknya minggat karena tak mau
mengakuinya sebagai anak.
Pohon
beringin besar tempat Wulan sering bermain di bawahnya, langsung dituding
sebagai faktor pencetus sakitnya Wulan. Karena pohon itu dianggap keramat dan
angker. Padahal Wulan bermain di sana karena bosan terus menerus berada di
areal perkebunan cengkih menunggui ibunya bekerja.
Bagaimana
selanjutnya perjuangan Lastri, akan ditemui dalam buku berjumlah 60 halaman
ini. Memang bukunya tipis, tapi ukurannya agak besar.
Konflik
yang berkembang di awal, ternyata menyimpan kejutan di akhir. Ada kisah yang
tak terduga yang terjadi pada Lastri. Meski sedikit aneh, tapi bukan tidak
mungkin memang di daerah pedesaan, hal tersebut bisa terjadi.
Ada
beberapa konflik yang sepertinya bisa lebih dikembangkan sehingga cerita akan
lebih menarik dan tidak terlalu singkat. Semisal tentang sakitnya Wulan, lalu
hubungan Lastri dengan kakak yang sangat melindunginya, Masriani. Begitu pun
setting, bisa lebih dieksplorasi sehingga akan menambah kekuatan cerita. Areal
perkebunan cengkih akan lebih hidup bila dipaparkan dengan deskripsi yang detil
dan cantik.
Dengan
segala kelebihan dan kekurangannya, cerita ini cukup menarik dan berhikmah.
Betapa kesabaran memang akan berbuah manis pada akhirnya. Dan perjuangan yang
berat bila dijalani dengan senantiasa melakukan kebaikan, maka kebaikan itu
akan kembali kepada diri kita. Selain itu, skenario sebuah kebohongan, tidak
akan maslahat dan tidak membawa pada ketenangan. Kejujuran tetap lebih baik.
Apalagi bila itu berdasar pada egoisme, demi memenuhi keinginan pribadi.
Berlimpahnya materi bukan merupakan andalan untuk meraih kebahagiaan. Karena
kebahagiaan hakiki berasal dari hati yang tenang dan ikhlas.
#Resensi ini dimuat di media indoleader.com pada hari Kamis, tanggal 13 November 2014
7 comments:
astaga, ternyata ceritanya begitu. saya tertipu dengan kartun di cover yang manis banget. kirain ini buku untuk anak-anak -___-
hehe.. iya ini bukan buku anak-anak..
saya pun mengira ini buku anak2 hehe
selalu suka review mbak Linda :D sama dengan komen diatas, lihat cover dan tebalnya yg 60 hal, kirain novel anak :D
Ridho, ilustrasinya meng-anak ya.. padahal ceritanya cerita dewasa..
iya Mbak Lyta, tampilan fisik buku ini mengingatkan saya zaman SD dulu, pada buku-buku cerita anak di perpustakaan sekolah..
etapi 'book trailer' buku ini keren banget lho.. :)
Jadi ini genre dewasa ya kak Linda? Kok tipis ya untuk ukuran dewasa. Nama tokohnya sengaja diambil nama yang umum di pedesaan ya Kak?
Nyimak resensinya..buat belajar
Kereeeeen
Post a Comment