Judul : Asiyah-Sang
Mawar Gurun Fir’aun
Penulis : Sibel Eraslan
Penulis : Sibel Eraslan
Penerjemah : Ahmad
Saefudin, Hyunisa Rahmanadia, Erwin Putra
Penerbit : Kaysa Media-Grup Puspa Swara
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : vi + 444 halaman
ISBN : 978-979-1479-75-2
Penerbit : Kaysa Media-Grup Puspa Swara
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : vi + 444 halaman
ISBN : 978-979-1479-75-2
Ketika
ada pilihan buku tentang Aisyah atau Asiyah, mana yang dipilih? Saya memilih
Asiyah. Kenapa? Karena buku tentang Aisyah cukup banyak, dan saya sudah membaca
beberapa. Tapi Asiyah.. sejujurnya saya belum pernah membaca buku tentangnya.
Saya hanya tahu kalau Asiyah tergolong ke dalam lima wanita mulia yang dijamin Allah masuk surga. Sosok yang lebih detil tentangnya, masih samar bagi saya. Yang
saya pahami hanya sekadar permukaannya saja, bahwa Asiyah memiliki iman yang
teguh dan akidah yang kuat.
Novel
“Asiyah-Sang Mawar Gurun Fir’aun” karya Sibel Eraslan, betul-betul membuka
wawasan saya tentang Asiyah. Ada dua bagian besar dalam novel ini. Yang
pertama, mengisahkan Raja Akhenaten, orang nomor satu di Mesir, yang bijaksana.
Namun ia mendapat perlawanan dari dalam kerajaannya sendiri, yang menentang
keyakinan Sang Raja yang menganut ajaran Nabi Yusuf, beriman kepada Tuhan yang
Esa. Para penentangnya itu ingin mengembalikan keyakinan mereka pada dewa atau
tuhan yang banyak. Amarna sebagai pusat pemerintahan, porak poranda akibat
penyerangan itu.
Pada
bagian ini pembaca akan berkenalan dengan para tokoh utama. Empat anak istimewa
ikut serta bersama rombongan orang-orang dari Amarna, ikut dalam perjalanan
menuju Memphis. Keempatnya kemudian mendapat pendidikan di Akademi Kerajaan di
bawah bimbingan Apa, abdi setia Raja Akhen. Apa yaitu seorang guru yang andal
di antara para guru, tak berbahaya bagi istana, dan tak mencurigakan bagi
pendeta.
Keempat
anak istimewa itu adalah: Yes atau Asiyah, Pare-Amon atau Ra, Karonaim atau Ka,
dan Ha-Amon atau Ha. Mereka tumbuh bersama. Masing-masing memiliki kecerdasan
dan keunggulan. Asiyah yang berwajah elok dan bertubuh molek, memiliki
kecerdasan pikiran serta kebeningan hati. Ra yang sangat menonjol sifat
kepemimpinannya, berwajah mempesona dan kemampuannya berbicara langsung menarik
banyak perhatian. Sedangkan Ka, anak muda jenius yang menguasai dengan baik
ilmu kimia, astronomi, musik, dan selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan baru
dan teori-teori ilmu pengetahuan baru. Terakhir, Ha, berperawakan tinggi dan
gagah seperti Ra, memahami semua ramalan seni secara detil, dan tampak sangat
cocok menjadi seorang penasihat.
Bagian
kedua mengisahkan perjalanan hidup Ratu Asiyah, sang permaisuri Raja Ra. Empat
sekawan dari masa kecil kembali bersama, namun membawa ambisi masing-masing. Bagian
ini tak kalah asyik dengan bagian pertama. Di sini terkuak bagaimana isi hati
Asiyah lebih dalam. Kemudian pertemuannya dengan bayi Musa, kecintaannya yang
luar biasa kepada Musa, serta kekuatannya menjaga keimanan terhadap Tuhan Yang
Satu. Lalu adapula Tahnem dan Sare, dua orang abdi setianya.
Saya
betul-betul menikmati membaca buku ini, secara saya nggak terlalu suka pada novel
sejarah. Tapi novel ini berhasil mengikat saya. Saya terhanyut dalam alun rasa
dan emosi yang dibawa Asiyah. Saya bisa merasakan kesepian Asiyah. Bisa
menyelami kerinduannya pada rumah impiannya, dan bukan pada istana mewah nan
megah. Bagaimana perjuangannya menghadapi Ra, perlindungannya pada Musa, dan
keteguhannya menjaga iman.
Kehadiran
Musa dalam kehidupan Asiyah sangat berarti. Keistimewaan Musa sudah tampak
sejak bayi. Saat tangisnya menyayat hati Asiyah tersebab haus ingin minum susu.
Berbondong-bondong wanita diminta untuk menjadi ibu susu, namun bayi Musa tetap
menangis. Hingga akhirnya ibunda Musa datang, lalu menyusuinya, barulah Musa
diam dan lahap menyusu. Asiyah lantas memperjuangkan agar Yakobed, ibunda Musa,
bisa tetap berada dekat Musa, di lingkungan istana. Sungguh perjuangan yang berat. Hingga akhirnya Musa kemudian dibesarkan oleh dua ibu yang masing-masing memiliki
tempat tersendiri di hati Musa.
Bukan
berarti buku ini sempurna. Dalam beberapa bagian ada pengulangan-pengulangan
kalimat. Begitu pun sajak-sajak yang panjang, cukup membuat pegal. Namun bila
dihayati dan dicerna mendalam, akan terasa juga keindahannya.
Saya
tidak akan mengurai bagaimana jalan cerita Asiyah, agar Anda bisa lebih
menikmati kisahnya tanpa terganggu spoiler. Yang pasti, saya tidak ragu
merekomendasikan novel ini untuk dibaca pada Ramadan suci sekarang. Keteguhan
Aisyah pada akidah akan mengusik kesadaran kita tentang bagaimana posisi kita
sekarang. Lihatlah ujian dan tekanan yang dialami Asiyah. Betapa layak baginya
mendapat keistimewaan sebagai wanita mulia penghuni surga.
Simak
blurbnya:
Pagi
itu, Nil menangis untuk saudara perempuannya..
Seluruh
ikan yang berada di dalamnya, mutiara-mutiara yang berada di tepiannya, anemon
yang berada jauh di dalamnya, pohon-pohon akasia yang berada di sudutnya,
gurun-gurun yang menjaga bukit-bukit rahasia di dalamnya...
Semua
menangis...
Setangkai
mawar akan tetap indah, meskipun telah tiada. Meninggalkan kesan yang tak
terlupakan. Asiyah adalah mawar yang tumbuh mekar mewangi di gurun-gurun Mesir.
Memegang teguh akidahnya, percaya akan Allah yang Mahatunggal, bahkan hingga
jilatan lidah api menyentuh kulitnya.
Asiyah,
seorang ibu yang mengasuh bayi Musa yang ditemukannya terhanyut di Nil, seorang
muslimah yang sungguh pantas menjadi teladan.
*) makasiii yaa.. Ade Delina Putri yang dah ngasi buku ini.. maaaf, reviewnya telat.. ^_^
*) makasiii yaa.. Ade Delina Putri yang dah ngasi buku ini.. maaaf, reviewnya telat.. ^_^
2 comments:
Panjang perjalanan Asiyah ya. Lengkap banget. Sukaa reviewnya. Makasih mbak linda :)
Download buku Asiyah versi pdf, sila kunjungi link berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com/2020/07/asiyah-sang-mawar-gurun-firaun-sibel.html
Post a Comment