Judul
:
Takkan Pernah
Menyerah – Catatan Hati Ketangguhan Bunda
Penulis
: Sari Meutia, dkk
Penerbit :
Penerbit Qanita
Terbit : Cetakan I, Desember 2013
Jumlah
Halaman : xii + 136 hlm
ISBN
:
978-602-1637-17-3
Dalam perjalanan hidup manusia, aneka masalah senantiasa
berkelindan. Bagaimana seseorang menyikapi masalah ditentukan oleh tingkat
penerimaannya. Seberapa sanggup ia menghadapinya, memperlihatkan kadar
ketangguhan yang dimilikinya. Satu yang pasti, yang harus diingat adalah bahwa Allah
tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan setiap
hambaNya (Q.S. Al-Baqarah ayat 286).
Ketangguhan seorang bunda, kerap menjadi penentu dalam
sebuah rumah tangga. Beragam masalah yang membelit, mampu terurai dengan baik
oleh kemampuan seorang bunda menangani masalah dalam situasi tersulit
sekalipun. Tangki cinta Bunda yang terisi penuh adalah bahan bakar yang
senantiasa menyulut semangat untuk tidak menyerah.
Adalah Sari Meutia dan kawan-kawan dari Komunitas Arisan
Antar Benua, menuangkan pengalamannya dalam buku bertajuk “Takkan Pernah
Menyerah: Catatan Hati Ketangguhan Bunda”. Rupa-rupa pengalaman dengan latar
berbagai tempat di belahan bumi. Menyelami kisah-kisah tersebut akan membuat
pembaca tergugah, menyadari hakikat kehidupan, dan merenungi hikmah yang
terserak dari peristiwa demi peristiwa.
Buku inspiratif ini dibuka dengan kisah Sari Meutia,
seorang istri yang memiliki kesabaran luar biasa dalam mendampingi suami
tercinta yang divonis gagal ginjal terminal. Kondisi demikian mengharuskan sang
suami menjalani cuci darah dua kali seminggu, yang dilanjutkan dengan
pencangkokan ginjal di negeri tirai bambu. Dalam bilangan tahun berikutnya,
ujian kembali muncul. Fungsi ginjal menurun disertai aktifnya virus Cytomegalovirus. Biaya rumah sakit yang
ratusan juta rupiah, serta kelelahan fisik dan mental, tidak menjadi penghalang
bagi Sari untuk terus berjuang. Dukungan rekan kerja dan para sahabat juga
kerabat, bagai embun penyejuk hatinya. Maka, di tengah ujian berat yang
bertubi-tubi, rasa syukurnya senantiasa dipanjatkan ke hadliratNya, karena di
tengah episode hidup yang naik turun, Allah tetap melimpahkan nikmatNya.
Ada lagi kisah seorang bunda yang tegar menghadapi
kepergian buah hati untuk selamanya. Niken Sesanti Suci Rohani, kehilangan
putra pertama dan kedua-keduanya lelaki-saat usia mereka 3 dan 6 bulan. Kemudian
putri ketiga, Alhamdulillah tumbuh sehat. Namun putra keempat, kembali diambil
Sang Pencipta dalam usia kurang dari 6 bulan. Perjalanan selama kehamilan
hingga hari-hari yang dilalui bersama si buah hati dituturkan dalam kisah
menyentuh yang akan membuat pembaca menitikkan air mata.
Tak ketinggalan kisah yang berlatar cinta yang terbelah.
Bagaimana ketangguhan seorang Ummi Aisyah yang harus menghadapi suami yang
menikah lagi. Bahkan itu dialami saat dirinya tengah hamil putri kelima. Betapa
ia harus struggle dengan kondisi
ngidamnya, mengurusi keempat anaknya dalam kondisi hati yang carut marut, dan
tinggal di negeri orang pula, jauh dari sanak saudara. Kisah ini menginspirasi
pembaca tentang arti kesabaran dan kepasrahan kepada Allah.
Kisah-kisah lain tak kalah menginspirasi. Ada Bunda yang
menemani suami merantau di kampung terpencil dan bertahan hidup dalam serba
keterbatasan. Di sana sang suami mengabdi pada masyarakat setempat,
memberdayakan potensi masyarakat, dan bertekad membangun kehidupan kampung yang
lebih baik. Lalu ada juga perjuangan para bunda di negeri orang. Ada yang
berjibaku mencari sekolah yang tepat untuk putrinya yang berjilbab, ada yang
berbenturan dengan tradisi setempat yang tidak sesuai dengan jiwanya, ada juga yang berupaya keras menanti kehadiran
buah hati di sana.
Demikian yang terjadi dalam kehidupan ini. Berbagai
peristiwa mengiringi perjalanan waktu. Tidak ada kemungkinan tertukar. Semua
menjalani kisahnya masing-masing. Seberat apa masalah membebat, kita harus
yakin bisa melewatinya. Dengan kekuatan cinta, para bunda telah berhasil
membuktikan ketangguhannya.
*) Resensi ini dimuat pada tanggal 6 Januari 2014 di media online islami: nabawia.com
9 comments:
Udah ketemu kan mbk. :). Keren resensinya
Resensinya bagus mbak :)
Mbak Anik, makasiiih.. dah bikin keren perpustakaanku.. :)
Makasiiih Mbak Esti, dah berkenan mampir.. :)
resensinya padat dan bikin pengen baca bukunya mba
Mbak linda tambah tak terkejar nih. Oya, mengelinda artinya apa mbak
Mbak Rosita, ini bukunya bagus lho..
dan makasiih dah mampir ke sini.. jangan kapok yaa, nanti main2 lagi.. :)
Mbak Ika, maksudnya mengelindan? ada ya itu di resensi sy? hihi.. lupa..
biasanya sih sy pake kata 'berkelindan' bukan mengelindan.. artinya berputar, mengelilingi, melingkupi..
Tak pernah habis kisah ttg kehebatan bunda ya, mbak :-) nice review:-)
Post a Comment