Judul : Ya
Rabb, Aku Galau
Penulis : Aida
Ahmad & Ummi K. Miqdar
Penerbit :
Penerbit Erlangga
Tebal Buku : x + 168
halaman
Cetakan : 2014
ISBN :
008-207-06-0
Saat
ini sepertinya remaja dihinggapi galau sudah menjadi trend. Bagaimana mereka menyikapi
kegalauan bergantung pada penerimaannya terhadap masalah yang dihadapi tersebut.
Ada yang terpuruk dalam kesedihan berlarut-larut, sebaliknya ada juga yang
sanggup mengubah kegalauan menjadi kekuatan untuk move on, hingga mampu memetik prestasi.
Seperti
dialami Asih, yang galau karena rindu kepada ayahnya tidak berbalas. Perceraian
kedua orangtuanya saat usia 9 tahun, menutup kesempatan Asih untuk sekadar
menemui ayahnya. Keluarga ayahnya tidak menerima kondisi ibunya yang berasal
dari keluarga miskin, bukan keturunan ningrat seperti keluarga ayahnya.
Ibunya
selalu meminta Asih untuk bersabar, tapi Asih terus merengek. Hingga lima tahun
kemudian ayah Asih meninggal karena kecelakaan. Asih sedih luar biasa. Ia kesal
pada ibunya yang selalu menahan keinginannya untuk bertemu ayahnya, namun ia
juga gusar kepada keluarga ayahnya yang tidak berhenti membenci ibunya.
Lambat
laun Asih mulai bangkit oleh motivasi guru BK-nya. Kamu tahu, mengapa Rasulullah diberi kehilangan-kehilangan bahkan
sebelum beliau lahir? Allah sudah menyiapkan jiwa yang kuat, tahan banting
lewat kehilangan-kehilangan tersebut (halaman 16).
Kemudian
Asih terpilih menjadi ketua OSIS di SMA-nya. Ia berhasil menyikapi kegalauan
dengan memaknai kata “bangkit” yang dipelajari dari sekitarnya. Aku belajar kesabaran dari sikap Ibu,
belajar tegar dari tangisan-tangisannya yang selalu ia sembunyikan dariku.
Dukungan-dukungan sahabat yang tak pernah berhenti untukku, lalu ucapan guruku
saat ini sebagai puncak apa yang harus aku lakukan setelah kehilangan hari ini
(halaman 17).
Lain
lagi yang dialami Bisma, remaja yang mendapat julukan trouble maker. Sejak TK, ia selalu membuat ulah. Berkali-kali
pindah sekolah, karena ibunya merasa pusing akibat sering dipanggil ke sekolah
untuk membicarakan perangai Bisma yang kerap membuat gara-gara.
Seiring
bertambah usia, Bisma semakin galau. Dengan postur tubuhnya yang besar, ia
sering dijadikan bahan olok-olok dengan sebutan “Gembul”, dan itu sangat
menyebalkan baginya. Akhirnya sifat agresifnya muncul, dan teman yang mengejek
serta menertawakannya pasti akan berurusan dengannya.
Aku mengalami krisis
percaya diri, merasa begitu banyak kekurangan dalam diriku. Apa yang aku
lakukan selalu salah. Aku hanya ingin berekspresi namun seringkali
ditertawakan. Aku ingin orang lain tahu bahwa aku bisa tampil dan berprestasi.
Namun caraku dalam menunjukkannya, salah. Ada saja kelakuanku yang membuat guru
dan Ibu marah, biasanya karena memang aku selalu membuat rusuh di sekolah.
Belum lagi nilai-nilaiku yang sering turun dari satu semester ke semester
selanjutnya (halaman 122).
Setelah
berulang kali keluar masuk ruangan BK dan mendapat nasehat-nasehat dari guru
BK, membuat Bisma merenung dan memikirkan apa yang telah dilakukannya. Maka ia
pun mulai menata diri. Ia mengejar ketinggalan pelajarannya dan ingin
menunjukkan nilai ujian yang baik kepada ibunya. Ia tak ingin lagi membuat
ibunya menangis. Dan dengan semangat dari dalam dirinya serta dukungan doa dari
ibunda tercinta, Bisma berhasil lulus dengan baik lalu diterima di perguruan
tinggi negeri ternama di Jakarta.
Kisah-kisah
inspiratif lainnya dalam buku “Ya Rabb, Aku Galau” dituturkan oleh remaja yang
marah karena perselingkuhan ayahnya, korban pedofilia, remaja yang pernah
bekerja sebagai TKW ilegal di luar negeri, dan lain-lain. Setiap kisah kemudian
dibahas dari sisi psikologi parenting yang dikuatkan dengan ayat-ayat Al-Quran
maupun hadits yang terkait. Para orangtua diajak untuk memahami dunia remaja.
Cara pandang dan pola pikir mereka terhadap suatu masalah, kadang tidak bisa
dimengerti oleh orang dewasa karena orang dewasa tidak berusaha memosisikan
diri sebagai remaja pula.
Dalam
buku ini dipaparkan bagaimana menyikapi remaja yang seringkali meledak-ledak
atau abai pada nasehat. Orangtua juga bisa menyelami jeritan hati remaja
sehingga bisa dijadikan bekal pemahaman kala menghadapi gejolak yang dialami
oleh buah hatinya kala beranjak remaja.
#Resensi ini dimuat di media smartmomways.com
0 comments:
Post a Comment