Judul : Anakku Bertanya
tentang LGBT
Penulis : Sinyo
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : Oktober 2014
Jumlah Halaman : x + 174 halaman
ISBN : 978-602-02-5178
Penulis : Sinyo
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : Oktober 2014
Jumlah Halaman : x + 174 halaman
ISBN : 978-602-02-5178
Dewasa
ini isu bergesernya orientasi seksual dibicarakan lebih terang-terangan.
Ketertarikan kepada sesama jenis menjadi fenomena yang merebak tidak hanya di
kota-kota besar. Pelakunya pun tidak sebatas orang dewasa saja, namun sudah
dimulai sejak usia masih remaja. Informasi tentang fenomena tersebut sangat
mudah diakses oleh siapa pun. Termasuk yang menyusup melalui game-game yang
menunjukkan adegan hubungan seksual sesama jenis. Hal ini menimbulkan
kegelisahan di kalangan orangtua dan para pendidik.
Buku
“Anakku Bertanya tentang LGBT” berisi pengetahuan tentang LGBT yang bisa
menjadi rujukan para orangtua dalam memahami hal tersebut. Berbagai hal seputar
dunia LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) dikupas menyeluruh.
Diawali
dengan penjelasan mengenai istilah-istilah yang berhubungan dengan dunia LGBT,
seperti orientasi seksual, tindakan atau aktivitas seksual, SSA (Same-Sex
Attraction), MSM (Men who haves sex With Men), WSW (Women who haves sesx With
Women), Intersexuality, dan lain-lain. Pengetahuan tentang istilah ini penting
agar tidak salah kaprah. Terlalu banyak istilah yang dipakai oleh masyarakat
Indonesia dalam dunia LGBT hingga kadang menimbulkan salah pemahaman (halaman
1).
Tindakan
hubungan sesama jenis telah terjadi sejak zaman dahulu. Menurut para ahli
sejarah dan arkeologi, kegiatan homoseksual pertama kali terjadi puluhan ribu
tahun Sebelum Masehi. Para ahli arkeologi di Eropa menemukan beberapa
peninggalan sejarah (berupa benda-benda atau lukisan) yang mengarah pada
aktivitas homoseksual yang dilakukan pada akhir masa Upper Paleolithic, kurang lebih 12.000 tahun Sebelum Masehi (halaman 22-23).
Jumlah
pelaku tindakan homoseksual didominasi oleh laki-laki. Hal ini dapat ditemukan
dengan mudah di internet. Hampir semua forum dan grup yang berhubungan dengan
dunia LGBT dihuni oleh jenis kelamin laki-laki. Narasumber yang dapat
diwawancarai penulis pun sebagian besar adalah laki-laki. Sangat sulit
mendapatkan narasumber wanita (halaman 38).
Pro
dan kontra keberadaan komunitas LGBT bertambah banyak. Saat ini komunitas
tersebut sudah diakui secara formal maupun informal oleh banyak negara.
Sebagian besar gerakan mereka mengatasnamakan hak asasi manusia (halaman 47).
Untuk
melindungi anak-anak dari melakukan tindakan homoseksual, yang paling efektif
adalah mendampingi mereka dalam banyak kegiatan, termasuk menonton televisi dan
membuka internet. Di dunia maya dapat dengan mudah ditemukan komunitas yang
mengumbar syahwat sesama jenis, baik dari dalam maupun luar negeri (halaman
129).
Orangtua
harus betul-betul memperhatikan penerapan model pendidikan dan pola asuh dalam
keluarga. Apakah terasa ada jarak antara orangtua dan anak? Seringkah anak-anak
berbohong? Kapan orangtua berdiskusi hangat, berbicara akrab serta memeluk
anak-anak? Pendidikan penuh kasih sayang disertai komunikasi terbuka menjadi
salah satu unsur penting dalam pola asuh dan pola didik (halaman 135).
Berhati-hatilah
dengan figur yang dicontoh anak-anak. Seyogianya orangtua menjadi figur ideal
bagi anak-anak. Berdasarkan penelitian para ilmuwan, figur orangtua sangat
potensial mendorong pertumbuhan orientasi seksual pada anak. Sebagia besar
orang dengan SSA (Same-Sex Attraction)
mengaku tidak mendapatkan figur ideal dalam masa tumbuh kembangnya (halaman
136).
Yang
perlu diwaspadai juga adalah tindakan pelecehan seksual orang dewasa terhadap
anak-anak. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai macam trauma pada anak. Tidak
menutup kemungkinan salah satu trauma itu adalah penguatan orientasi seksual
sesama jenis. Orangtua harus melindungi anak-anak dengan melakukan beberapa
antisipasi, seperti: mewaspadai orang-orang terdekat, memerhatikan perubahan
perilaku anak, serta menciptakan lingkungan dan pendidikan yang sehat.
Tindakan
mewaspadai orang dekat sangat diperlukan karena menurut berita yang banyak
tersebar di media, ternyata pelaku tindak pelecehan seksual adalah orang yang
dekat dengan korban. Bahkan yang lebih memprihatinkan, pelakunya yakni guru dan
saudara sedarah. Maka salah satu benteng terkuat yaitu mendidik anak agar mau
terbuka dalam situasi apa pun (halaman 141).
Lalu
apa yang harus dilakukan bila anak mempunyai orientasi homoseksual atau
biseksual, dipaparkan lebih lanjut dalam buku ini. Remaja dengan orientasi
sejenis atau biseksual biasanya tidak berani berterus terang kepada orangtua. Mereka merasa terimpit oleh berbagai situasi
dan kondisi, baik internal maupun eksternal (halaman 146).
Sebelum
terlambat, mari lindungi anak-anak kita, generasi penerus harapan bangsa, agar
berada di jalur yang benar. Sebagai orangtua, dibutuhkan pengetahuan dan
wawasan yang luas mengenai dunia LGBT agar dapat lebih memahami dan menyikapi
hal seputar LGBT dengan bijak.
#Resensi ini dimuat di Harian Singgalang Padang, pada hari Minggu tanggal 4 Januari 2015.
2 comments:
Masuk list buku yang harus dibeli. Penting banget, untuk mencegah agar anak-anak nggak terjerumus. Makasih sharingnya Mak Linda
Iya Mak, ini bukunya bagus buat jadi rujukan.
Post a Comment